Warta Tokoh

Dr. H. Subiakto Tjakrawerdaja :              

“KoperasiTidak Sekedar Alat Tapi Wadah

Kerjasama Ekonomi Yang Efisien”

26/5 2012 (KNIB) 10. -Tokoh satu ini cukup dikenal masyarakat terutama dalam memajukan perkoperasian dan usaha kecil di Indonesia. Siapa lagi kalau bukan Dr. H. Subiakto Tjakrawerdaja, mantan Menteri Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil yang kini duduk sebagai Sekertaris Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri). Konseptor dan pejuang koperasi simpan-pinjam ini meski tidak lagi memimpin sebuah departemen yang menjadi corong rakyat dari berbagai kebijakan pemerintah, tetap mencoba eksis dengan menekuni dunianya saat ini. Yaitu, sebagai sekretaris Yayasan Damandiri dan seabreg aktivitas lainnya. Melalui Yayasan Damandiri yang ditekuninya sejak menjadi menteri, ia mencoba mengimplementasikan gagasan-gagasannya agar rakyat kecil dapat membangun usahanya dengan mendapat kredit mudah dan murah. Gagasan yang tidak bisa direalisasikan oleh yayasan karena harus dilakukan dalam skope lebih luas, ia coba tuangkan dalam bentuk konsep-konsep melalui sidang-sidang MPR dan sebagian besar telah menjadi rekomendasi kepada presiden. Apa kiat dari semua keberhasilan yang telah diraihnya selama ini? “Kuncinya kerja keras dan cerdas serta percaya diri. Kemauan kerja saya keras sekali. Etos kerja saya adalah untuk menghasilkan yang terbaik,” tandas pria berbadan tinggi besar yang tetap smart di usia yang terbilang memasuki usia senja. Subiakto memang dikenal sebagai lelaki yang memiliki etos kerja cukup tinggi. Latar belakang keluarganya yang agak birokrat, membuat bungsu dari empat bersaudara ini seolah berpacu dengan waktu agar bisa menghasilkan yang terbaik. Komitmennya yang tinggi dalam upaya memajukan sektor ekonomi rakyat kecil begitu nyata.

Meski tak lagi menjabat sebagai Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Setelah purna bakti pada Kabinet Pembangunan VI, ia tetap konsisten di dunianya yaitu bagaimana menciptakan koperasi tidak sekadar alat tapi sebagai wadah kerja sama ekonomi yang efisien untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Kalau kita ingin kembali sejahtera, koperasi Indonesia harus bangkit sekarang juga. Kalau tidak, koperasi tidak akan bangkit lagi selamanya, dan rakyat banyak tidak akan sejahtera! Its now, or never!!“ cetus mantan anggota MPR ini berapi-api. Sampai menjelang masa pensiun pun, bapak tiga anak dari buah perkawinannya dengan Siti Milangoni ini masih asyik berkutat dengan buku dan beragam penelitian agar dapat melahirkan konsep-konsep pembangunan nasional yang bisa diterapkan di masa krisis ini. “Alhamdulilah, ada kerjaan di sini (Yayasan Damandiri) yang sesuai dengan komitmen saya. Sebetulnya saya sudah happy menikmati masa pensiun, tapi belum lama ini ada gerakan koperasi yang meminta saya untuk turut memperjuangkan aspirasi mereka. Karena jauh dari lubuk hati saya juga ingin memasuki masa pensiun dengan tenang dan bahagia melihat koperasi Indonesia memasuki babak recovery dan mulai berkembang lagi. Oleh karena itu tawaran itu saya terima,” ujarnya beberapa waktu lalu menjawab pertanyaan wartawan di ruang kerjanya di kantor Yayasan Damandiri, Jakarta.

Obsesi mantan Menteri Koperasi untuk menjadikan koperasi Indonesia bangkit kembali ini memang layak diperhitungkan. Hanya sedikit tokoh Indonesia yang berjuang dari nol untuk memajukan koperasi yang dahulu sering disebut sebagai soko guru. Karena nyatanya saat ini banyak koperasi-koperasi kecil tumbuh namun kemudian hanya tinggal papan nama. “Zaman saya dulu, koperasi-koperasi kecil saya gabungkan. Kenapa? Memang sesuai aturan undang-undang koperasi di Indonesia bisa hanya beranggotakan 20 orang, tapi 20 orang di Indonesia itu sebagian besar rakyat sangat miskin. Mungkin di luar negeri tanahnya 100 hektar per orang bisa efisien, tapi di Indonesia tiap orang paling punya tanah setengah hektar atau satu ekor sapi. Lalu, bagaimana bisa efisien? Makanya jumlah anggota koperasi di Indonesia harus besar, minimal 1000 sampai 2000 orang. Tapi pada zaman Pak Adi Sasono koperasi kecil itu dibuka kembali,” papar Dewan Penasehat Induk Koperasi Pondok Pesantren dan Induk Koperasi Sirkah Muawanah. Peraih Penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana tahun 1999 ini, mengawali karir sebagai Menteri Koperasi memang murni dari bawah, sehingga dia tahu persis apa yang harus dilakukannya untuk memajukan koperasi di Indonesia, ditambah latar belakangnya sebagai pengusaha. Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, tahun 1972 ini boleh dibilang memasuki dunia usaha dengan begitu mulus. Selesai menamatkan kuliah di UKI, ia langsung mendapat tawaran membangun perusahaan bersama teman-temannya. Meski hanya disebut “bermodal dengkul”, usaha yang dijalaninya itu terbilang sukses. Perusahaan pertama yang digelutinya adalah PT Parkir Jaya. Sebagai salah satu direktur di perusahaan ini, ia mencoba belajar mengorganizer parkir yang semrawut waktu itu menjadi lebih tertib. Tempat perparkiran yang waktu itu banyak dikuasai oleh preman, berkat andil perusahaannya akhirnya bisa diambil alih pemda DKI Jakarta.

Kemudian ia beralih pekerjaan sebagai professional organizer dan disebuah perusahaan periklanan dia mulai membangun perusahaan sendiri sampai sekarang. Setelah itu barulah ia memasuki pemerintahan. Dimulai dari jabatan Staf Ahli Menteri Muda Urusan Koperasi pada tahun 1979, kemudian menjadi Kepala Biro Perencanaan di Departemen Koperasi pada tahun 1983 dan tahun 1987 diangkat menjadi Direktur Jenderal Bina Usaha Koperasi di Departemen Koperasi. Pada tahun 1993 – 1998, Subiakto terpilih menjadi Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Kabinet Pembangunan VII. Ketua Dewan Penasehat Lembaga Perekonomian Nahdhatul Ulama tahun 1994 – 1999 ini juga telah menjadi anggota MPR sejak 1987 hingga sekarang. Kemiskinan struktural Perhatian pemerintah terhadap kemajuan koperasi dan Usaha Kecil menengah (UKM) saat ini dinilai Subiakto sudah cukup baik. Adanya pemberian modal bagi petani, peternak, usaha kecil dan nelayan juga merupakan langkah tepat. Tapi bagi lelaki yang sudah malang melintang di dunia koperasi dan UKM, upaya tersebut saja tidak cukup. Bantuan modal yang diberikan pemerintah itu baru langkah-langkah kecil dari langkah-langkah besar yang perlu segera dilaksanakan. Karena sesungguhnya, pengusaha-pengusaha kecil ini dalam keadaan krisis di mana aset yang dimiliki sangat terbatas ditambah persaingan global yang makin keras “Dulu, petani nggak usah pakai jaminan. Jaminannya cukup pemerintah. Lha sekarang lagi krisis kok diminta jaminan. Ya, dari mana petani beri jaminan. Ini berat sekali bagi rakyat kecil. Kemudian bunga, kalau dulu bisa 12 % kenapa sekarang nggak bisa? Sekarang ini kalau bisa minimal 9% untuk kegiatan-kegiatan yang poduktif. Kalau bidang perdagangan bunga 12 – 15 persen tidak masalah. Tapi kalau kegiatan politis seperti menanam padi, menanam kedelai, pelihara sapi, kalau bisa berikan bunga 9 – 12% karena sangat membantu.” Khususnya di Indonesia kemiskinan yang terjadi adalah kemiskinan struktural, kemiskinan yang lebih banyak disebabkan karena tidak dimilikinya aset ekonomi yang layak. Seperti tanah di bawah setengah hektar, ternak seperti sapi hanya satu atau dua ekor yang sebenarnya tidak layak secara ekonomi. Apalagi sekarang kita sedang menghadapi persaingan globalisasi. Cara mengatasinya, yang kecil-kecil ekonominya harus bekerja sama untuk bisa disebut layak secara ekonomi dan berdaya saing. Kerja sama ekonomi yang tepat untuk usaha kecil-kecil itu adalah koperasi. Apakah koperasi relevan dengan globalisasi? “Makin relevan, terutama di Indonesia. Karena petani kita di pedesaan dan nelayan aset ekonominya sangat kecil. Jadi harus kerja sama. Jadi, koperasi merupakan keharusan di Indonesia bukan sekedar alernatif,“ tegasnya seraya menambahkan, “walau koperasi itu sesungguhnya hanya sarana atau alat bagi pengusaha kecil, petani, nelayan, peternak tetapi di Indonesia ini khususnya karena kemiskinan struktural tadi, koperasi menjadi bukan sekedar alat tapi bagian dari tujuan, bahkan menjadi keharusan karena harus menyatu dengan petani.” Peluang pasar Pada saat krisis ekonomi, sektor agroindustri dinilai sebagai sektor yang menjadi tumpuan masyarakat. Tetapi, akibat krisis, daya saing perekonomian Indonesia juga turun drastis di mana menurut data World Economic Forum Index, daya saing Indonesia menempati urutan ke 60 dari 80 negara, jauh di bawah Malaysia dan Thailand. Ironisnya lagi, jumlah pengangguran di Indonesia menurut data Bappenas mengalami kenaikan cukup besar dari jumlah 6 juta pada 1999, naik menjadi 10 juta pada 2003 dan tahun 2004 ini diperkirakan akan bertambah menjadi 12 juta orang pengangguran. Oleh karena itu untuk memperbaiki situasi yang ada, pemberian modal pada para pelaku usaha ekonomi kecil harus dibarengi dengan adanya peluang pasar. Dalam hal ini, pemerintah harusnya menjadikan peluang usaha sebagai kebijakan utama. Dari 36.816.406 pengusaha di Indonesia pada tahun 1998, sebanyak 99.85% adalah pengusaha kecil dan sebagian besar bergerak di sektor pertanian (62,73%).

Sementara itu, peluang UKM untuk memperoleh peluang pasar masih kecil. “Bagaimana mereka bisa mendapat peluang besar jika menanam padi saja misalnya, peluangnya kecil karena harganya tidak bagus dan kalah bersaing beras impor,” ungkapnya. Tiga gerakan nasional Menurut Subiakto, untuk menciptakan peluang pasar ini perlu diikuti dengan gerakan cinta produk dalam negeri. Artinya, setiap orang wajib memakan atau menggunakan produk sendiri, tidak boleh menggunakan atau memakan produk impor. “Pokoknya, semua orang jangan makan buah impor, beras, daging, meski tidak enak makan beras sendiri, telan saja. Intinya, harus ada pengorbanan nasional yang semua itu harus dicontohkan oleh para kalangan atas,“ ujar Subiakto “Kalau semua itu menjadi gerakan, tercipta peluang untuk petani, peternak, nelayan dan UKM. Umpamanya daging produksi dalam negeri, meski dagingnya terasa alot (kenyal) biar saja yang penting sapi Indonesia. Apalagi sekarang ada sapi gila, seharusnya itu diikuti segera dengan progam besar-besaran untuk sapi potong. Nah, peluang itu sebenarnya ada dan peluang ini akan membuka kesempatan lapangan kerja buat yang pengangguran maupun yang sudah bekerja mempunyai peluang untuk mengembangkan lebih lanjut.” Gerakan nasional lainnya adalah adanya gerakan efisiensi nasional. Karena indeks daya saing kita paling rendah, gerakan efisiensi nasonal ini bisa menjadi etos kerja. Penayangan acara–acara di televisi harus diubah dan diisi dengan acara hiburan yang bisa menumbuhkan dan mendorong semangat etos kerja. “Kalau kita selalu disuguhkan dengan tontonan tidak bermutu, bangsa ini menjadi lembek tidak punya etos kerja yg tinggi. Karena kita sekarang lagi krisis harus kerja keras, kreatif, membangun dan menggali potensi alam,” ucap lelaki yang memiliki slogan ke depan, “kalau dulu merdeka atau mati, sekarang efisien atau mati.” Selain itu, gerakan disiplin nasional juga harus terus dilakukan. Ekonomi kita bisa efisien karena tidak ada dikorupsi, mark up dan semua taat pada aturan. Dengan adanya disiplin nasional, jumlah pelaku KKN (kolusi, korupsi, nepotisme) akan berkurang dan turut mempengaruhi efisiensi nasional. “Apabila ketiga gerakan nasional itu dilakukan secara serempak, terutama dicontohkan oleh para pembesar negara, maka situasi ekonomi negara kita diharapkan bisa pulih kembali dan koperasi maupun UKM di Indonesia bisa berkembang lebih baik,” ucapnya yakin.  Biodata Nama : Dr. H. Subiakto Tjakrawerdaja. Tempat/Tgl Lahir : Cilacap, 30 Juli 1944 Nama Istri : Siti Milangoni Anak : Tiga Orang masing-masing Larasati, SE, MCOM, Ir. Wirendra, MME, dan Hapsari S.KOM Pekerjaan : Sekertaris Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Bintang Penghargaan : Bintang Mahaputra Adi Pradana. (RIS/Hnur/Dn)

 PROF. Dr. HARYONO SUYONO DI MATA

ORANG SEKITARNYA 

BEGAWAN KB ITU TAK PERNAH LELAH Dr. H. Juzirnan Moezahar SpKP  Nusantara Medical Center, Gedung Granadi Lantai III, Jakarta.

9.Dimasa kuliah di FKUI saya sudah mengenal “Berth controle” sebagai upaya membatasi pertambahan penduduk karena lahan yang menghasilkan makanan tidak bertambah. Inilah yang diungkap oleh teori Malthus yang terkenal itu. Pemikiran ini semula tidak dapat diterima di Indonesia, karena wilayah kita sangat luas dan teknologi segala bidang berkembang dengan pesat.Dalam kenyataannya kedua pendapat yang ekstrim itu tidak dapat dijadikan sebagai tumpuan kebijakan negara. Karena itu diawal tahun enam puluhan sayup-sayup mulai terdengar lahirnya organisasi kemasyarakatan dibidang “Family Planning”.

Sesudah tahun 1966 pemerintah Indonesia mulai memprioritaskan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.Tetapi pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat akan menyebabkan hasil perkembangan ekonomi tidak akan mencapai tujuan. Oleh karena itu pembangunan ekonomi Indonesia harus dibarengi dengan upaya menahan laju pertambahan penduduk, tetapi dengan pendekatan Keluarga Sejahtera.

Sejak itulah pemerintah kita memasyarakatkan Keluarga Berencana atau KB secara luas. Namun pada awalnya upaya ini tidak sedikit mendapat tantangan. Kadang-kadang tantangan ini bernuansa agama dan lebih banyak dari pandangan lama bahwa “Banyak Anak Banyak Rezeki”. Tanggapan negatif seperti ini saya alami pada saat saya sebagai Dokter ABRI ditugaskan untuk berceramah mengenai KB dihadapan anggota DPRD Jawa Timur, demikian juga waktu menghadapi tokoh-tokoh masyarakat di kota Kupang. Dapat dipahami bahwa kegiatan KB pada saat itu tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan.

Situasi sudah jauh berbeda pada saat saya sebagai anggota DPR-RI yang dilantik pada tahun 1987, ditugasi untuk menjadi anggota delegasi Indonesia dalam Asia Pasific Parlementarian Meeting on Population di Hawaii Amerika Serikat. Bapak Prof Haryono Suyono selaku Ketua BKKBN tidak segan-segan datang kekantor kami untuk membekali delegasi DPR dengan data dan informasi mengenai perkembangan KB di Indonesia. Berkat bekal dari Pak Haryono itu presentasi delegasi DPR-RI mendapat apresiasi yang tinggi, mulai dari PM Goh Cok Tong di Singapura sampai President dari East West Center di Amerika Serikat atas keberhasilan Indonesia dalam KB.

Apresiasi ini memang pada tempatnya, karena temuan dari kunjungan kami selaku anggota DPR-RI ke daerah, KB sudah membudaya dikalangan rakyat sampai kepedesaan. Hal ini terbukti bahwa seorang ibu didesa pedalaman malu bila hamil untuk ketiga kalinya.Tanpa mengurangi penghargaan saya kepada perintis KB sebelumnya, saya memahami keberhasilan seperti itu karena Bapak Haryono Suyono tidak segan-segan berkunjung dan berkomunikasi langsung dengan rakyat setempat. Ditangan Begawan KB, Bpk Prof. Haryono Suyono Ph.D. Keluarga Berencana di Indonesia tumbuh dengan subur dan menghasilkan buah yang manis.

“Kini Begawan KB Indonesia itu akan memasuki usia 74 tahun, tetapi beliau tidak pernah berhenti bergiat dibidang pemberdayaan masyarakat. Selamat Ulang Tahun Bpk.Haryono Suyono, kiranya Allah SWT memberkahi upaya Bapak yang tidak kenal lelah itu. Amin.” urai Dr. H. Juzirnan Moezahar SpKP yang kini banyak berkiprah di Nusantara Medical Center, Gedung Granadi Lantai III, Jakarta , menjawab H.Harun Nurochadi dari Gemari tentang kesan dan kenangan terkait kiprah Prof.Haryono Suyono Ph.D yang tanggal 6 Mei 2012 genap berusia 74 tahun. (H.NUR).

dr.Joko Rusmoro : BAPAK HARYONO

SUYONO,  SEBAGIAN YANG MAMPU SAYA

BACA.

“Jam berapa nanti berangkat? Jangan lupa lapor dulu pak Deputi.” Itulah dua penggal kalimat beliau sambil masuk ke mobil dinas, yang membuat saya kelabakan. Saya tidak ada jadual tugas kedaerah/keluar sampai detik Beliau menanyakan keberangkatan saya yang tidak sempat dan bahkan tidak dapat saya jawab. Setelah menyibukkan seluruh Biro sampai staf Deputi, saya baru sadar kewajiban pertama dikantor membuka komputer belum saya laksanakan. Hasilnya betul, perintah mendadak menggantikan Deputi keluar daerah tertuang dalam perintah harian melalui e-mail.

Kewajiban membuka komputer tiap pagi terjadi sudah 20 tahunan yang lalu, yang merupakan strategi Beliau agar seluruh pembantunya melek komputer dan siap menghadapi era informasi saat itu. Kejutan muncul lagi, saat staf biro sibuk mencari tiket pesawat, staf Tatausaha datang mengantarkan tiket perjalanan saya. Bagi yang berpikir sederhana pasti kearah adanya perhatian yang besar kepada saya, tetapi sebenarnya karena ketelitian (sampai dengan masalah membeli tiket) dan rasa tanggung jawab beliau untuk tidak mengecewakan masyarakat didaerah gara-gara pejabat dari Pusat gagal berangkat kedaerah, karena perintah yang mendadak.

“Itu adalah sekelumit kisah dari banyak sekali bentuk jati diri Prof. DR. Haryono Suyono. Yang dapat saya baca yaitu bagaimana beliau dengan visinya jauh kedepan berkaitan dengan teknologi informasi, dan menyiapkan seluruh jajaran yang beliau pimpin untuk siap menjadi bagian dari kemajuan tehnologi bahkan harus berusaha menjadi yang terdepan dalam penerapannya” kenang dr.Joko Rusmoro (kelahiran Pacitan 25 November 1941, masuk BKKBN 1976, sebelumnya dosen Fak Kedokteran Univ. Veteran Solo), menjawab H.Harun Nurochadi dari Gemari tentang kesan dan kenangan terkait kiprah Prof.Haryono Suyono yang tanggal 6 Mei 2012 genap berusia 74 tahun.

Dr.Joko Rusmoro mengambil contoh lain dari catatan lama. Dalam hal KB dengan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera ( NKKBS) nya, saya membacanya sebagai kebijakan/visi Beliau agar pembangunan KB dan KS itu menjadi contoh/model pembangunan dari, oleh, dan untuk masyarakat sebagaimana yang tersirat dalam UUD RI. BKKBN selaku Pemerintah menjadi fasilitator dan dinamisator bersama sector lain terkait. Dalam hal ini, modal terbesar yang sangat jarang dimiliki orang lain adalah kemampuan Beliau menjabarkan visi kedalam program-program dan kegiatan-kegiatan yang betul-betul applicable, objective dan accountable, serta kemampuan advokasi Beliau yang tidak ada duanya, sehingga dari Presiden sampai dengan masyarakat terkecil termotivasi untuk ikut berperan dan merasa mendapat manfaat, kehormatan dan memiliki program KB dan KS.

Strategi dasar perluasan jangkauan, pembinaan, serta pelembagaan dan pembudayaan KB, dilengkapi dengan pendekatan wilayah paripurna menjadi kendaraan pembangunan KB-KS yang mudah disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta perkembangan program dilapangan. Dalam fase perluasan jangkauan lahirlah model pelayanan Tim KB keliling, manunggal KB kesehatan, posyandu lengkap dan lain-lain, melengkapi Puskesmas dan Klinik KB yang masih terbatas.

Hasilnya disamping berkembangnya posyandu juga terbentuknya ratusan ribu bahkan mungkin jutaan Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD) dan Sub PPKBD, terbentuk dan aktif melaksanakan KIE, merujuk calon peserta KB ke tempat pelayanan, menerima rujukan dari tempat pelayanan untuk pembinaan dan pelayanan kontrasepsi ulangan. Memasuki fase pembinaan, peta keluarga berkembang dengan pesat disertai penyempurnaan PPKBD dengan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor dan Sejahtera (UPPKA dan UPPKS) dan program terpadu pertanian, koperasi dan KB (PERTASIKENCANA) serta program terpadu lain sejenisnya.

Tahap pelembagaan dan pembudayaan KB segera dicapai setelah dikembangkan dan dibinanya dokter dan bidan praktek swasta (DBS & BDS), program Libi-limas, program Ayoman Sosial KB Indonesia (ASKABI), serta Pusat dan Balai Pendidikan dan Latihan KB beserta JNPKnya, dengan segala kelengkapan dan berbagai bentuk program dan kegiatannya.

Hasilnya tidak hanya mampu mencegah 80 juta kehamilan yang beresiko, International Training Centre dengan predikat Centre of Exelence yang menghadirkan peninjau dan peserta latihan dari lebih 80 Negara, serta berbagai penghargaan bagi beliau dan bagi Presiden/Indonesia dari berbagai Badan Kependudukan dalam dan luar negeri serta dari PBB, tetapi juga membudayanya KB di masyarakat diwarnai dengan pelembagaan program KB dan KS .

Puluhan ribu kelompok akseptor dan non akseptor dengan kegiatan ekonomi produktif dimasyarakat , mulai dari kelas gurem beserta perkembangannya, disertai dengan jejaring kerja antar masyarakat dan swasta, antar sektor pemerintah, serta antara pemerintah dengan swasta dan masyarakat tersebut merupakan perwujudan nyata pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat, dimana pemerinatah dan swasta lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan pembina.

“Demikian sebagian dari kiprah Beliau dalam pembangunan nasional sesuai kemampuan saya dalam membacanya. Mudah-mudahan kemampuan menentukan visi yang luas, objektif, terukur dan bisa diterapkan tersebut mengilhami kita sekalian dalam menyelenggarakan pembangunan dengan segala potensi dan peluang yang kita miliki, serta tantangan dan ancaman yang kita hadapi, urai dr.Joko Rusmoro (lahir Pacitan, tanggal 25 November 1941) yang banyak memikul jabatan penting di BKKBN a.l. Kepala BKKBN Jawa Tengah, Kepala Biro Kontrasepsi dan sekarang bergiat di organisasi lansia (Wredatama BKKBN) menutup bincang dengan Gemari sembari berucap Selamat Ulang Tahun Prof.Haryono Suyono. Semoga Alloh Swt. Selalu melimpahkan barokah kepada Bapak Prof.Haryono Suyono beserta keluarga. Amiin”. (H.NUR).

Drs. Ari Gudadi:

PROF.HARYONO SUYONO, BAPAK BKKBN

Pak Haryono Suyono, bukan hanya atasan, tetapi Bapak BKKBN. Bapak saya, pembimbing, guru, lengkap beliau itu. Jadi kami-kami staf BKKBN seluruhnya jika bicara mengenai Pak Haryono, tidak akan habis. Karena kita tahu bahwa pak Haryono Suyono adalah Bapak BKKBN. Tidak ada yang bisa menggantikan beliau. Hal tersebut dinyatakan Drs. Ari Gudadi menjawab pertanyaan wartawan Gemari H.Harun Nurochadi terkait Kiprah Prof. Haryono Suyono yang tanggal 6 Mei 2012 genap berusia 74 tahun. “Beliau membimbing, membina, dan mengajari semua hal. Tentang organisasi, manajemen, program KB, program Beyond Family Planning (Kegiatan-kegiatan yang menjangkau lebih jauh dari KB, seperti perbaikan gizi, peningkatan pendapatan dan lain-lain yang dapat mendukung dan menambah kemantapan program KB). Semuanya lengkap beliau ajarkan kepada kita semua. Kita semua patut bangga Bapak Haryono Suyono masih eksis tidak hanya ditingkat nasional tetapi internasional diusianya yang sudah senja. Dan kami berharap semoga Bapak Haryono Suyono beserta keluarga selalu diberi rahmat limpahan keselamatan, kesehatan, dan kesuksesan. Amin Ya Robbal ‘alamin,” ungkap Drs.Ari Gudadi penuh syukur.

Ari Gudadi ayah dua anak (Reno Patria Raharjo dan Arina Widya Samanta buah hati pernikahannya dengan Dra.Setyawati Nugrahani) masuk BKKBN tahun 1986. Dalam perjalanan karier, berbagai tempat telah dijalani mulai dari Pusat Penelitian sampai di Direktorat di Lingkungan Biro Kontrasepsi sampai tahun 2008. Kemudian sempat ditugaskan menjadi PLH Kepala BKKBN Sumbar, selama 8 bulan. Setelah itu menjadi Kepala Perwakilan BKKBN Propinsi Riau mulai Februari 2009 sampai 3 tahun. dan bulan Maret 2012 ditarik ke Pusat menjadi Direktur Kesehatan Reproduksi.

Ditanya kalau tidak salah sempat jadi ajudan Pak Haryono Suyono, dijawab “siaap. Nggih”. Pada waktu itu tahun 1989 sampai 1991 dengan mas Drs.Ida Rosdiawan MA (sekarang dipercaya mengabdi di Kemenkokesra.). “Saya sempat diberi kepercayaan sebagai pelayan/pembantu Pak Haryono Suyono, yang menemani beliau kemana-mana sebagai ajudan. Dan itu mahal sekali harganya. Karena disitu bisa belajar banyak kepada Bapak. Belajar yang terlihat dan yang tidak terlihat. Banyak sekali ilmu yang bisa kita gali pada waktu itu, “urai Drs.Ari Gudadi sembari berucap syukur alhamdulillah kepada Alloh karena diberi kesempatan untuk mendampingi Bapak Haryono Suyono sebagai ajudan. Ketika itu BKKBN masih di Jl.MT.Haryono.

Pengalaman yang paling berharga Ari Gudadi menyebut bahwa Bapak Haryono Suyono selalu menekankan belajar, belajar dan belajar. Sampai kapanpun kita harus belajar. Itu bekal yang tidak akan habis. Tidak akan hilang. Dengan belajar pasti berguna Insya Alloh, kepada kehidupan, pekerjaan dan keluarga, terhadap kawan2 kerja, terhadap staf. Itu yang ditekankan. Bahwa Pak Haryono hanya membekali belajar, belajar dan belajar. Itu yang sangat berguna bagi kita semuanya..

“Saya pribadi dan keluarga isteri dan anak serta seluruh staf di Direktorat Kesehatan Reproduksi dan seluruh staf BKKBN pada umumnya, baik yang masih aktif maupun yang sudah pensiun menghaturkan selamat ulang tahun ke 74 kepada Bapak Haryono Suyono pada 6 Mei 2012, semoga Bapak selalu diberikan kelebihan kelebihan dari Alloh, kesehatan, kesuksesan, dan keluarga selalu dilindungi oleh Alloh Swt. Amiin ya robbal ‘alamin.

Ditanya apakah pernah di tegor? Dijawab pernah, tapi saya tahu maksud beliau adalah mendidik. Cara beliau mendidik bisa lewat teguran, bisa lewat pujian, dan lain sebagainya. Yang jelas tujuan utama beliau adalah mendidik stafnya agar supaya pintar melalui belajar.. belajar.. dan belajar. Ditanya, tanggapan terkait Posdaya yang sekarang dimasyarakatkan, Drs.Ari Gudadi yang pernah memimpin KB Riau berkata bahwa Prof.Haryono pernah ke Riau pada acara sosialisasi Posdaya, kerjasama dengan perwakilan IPDN di Riau. “Ramai sekali yang datang. Ramai sekali, beliau seperti dulu seperti waktu masih muda, semangatnya luar biasa untuk presentasi. Semangat presentasi luar biasa dan seketika itu juga Pak Bupati Rokan Hilir Anas Makmun tertarik dan Bupati berjanji akan mengirimkan siswa-siswa IPDN untuk belajar Posdaya ke Jakarta. Tetapi kita tahu bersama anggaran APBD yang akan membiayai IPDN pada waktu itu terlambat. Jadi Pak Bupati sedang mencari jalan untuk mengirim para mahasiswa. Bupati berjanji minimal 20 orang IPDN akan dikirim ditambah dari perwakilan BKKBN dan universitas di riau sehingga total maksimal 30 orang,” ungkap Ari Gudadi dalam nada yaqin.

Ditanya apakah Posdaya semacam revitalisasi Gerakan Delapan Fungsi Keluarga, Ari Gudadi membenarkan.”Betul.. betul .. betul. Posdaya tidak lain adalah revitalisasi gerakan 8 fungsi keluarga dan itu sangat menolong program KB didalam pekerjaanya sehari-hari. Karena melalui Posdaya mempermudah kawan kawan BKKBN seluruh Indonesia untuk menerapkan 8 fungsi keluarga termasuk didalamnya program KB. Posdaya merupakan wadah yang ideal untuk penerapan delapan fungsi keluarga dan menjadi wadah seluruh kegiatan yang ada di Tanah Air, seperti Posyandu, PAUD, POSBINDU dll.

Ditanya terkait target MDG’s Ari Gudadi dalam nada yakin berkata dengan gerakan Posdaya yang dimasyarakatkan Prof.Haryono, target MDG’s Insya Alloh target MDG’s bisa kita kejar, asal Posdaya di seluruh Indonesia bergerak . dan karena Posdaya juga bertujuan untuk mencapai target MDG’s disitu BKKBN bisa banyak berperan, jawabmengakhiri bincang-bincang dengan gemari sembari berucap “Saya ucapkan Selamat Ulang Tahun kepada Bapak Prof.Dr.Haryono Suyono yang tanggal 6 Mei 2012 genap berusia 74 tahun. Semoga Alloh selalu melimpahkan barokah sehat, panjang umur dan awet mengawal keluarga, anak cucu dan bangsa Indonesia.”Amin.

Ditanya menurunnya grengseng Gerakan KB di era kini, Ari Gudadi berkata bahwa komitmen pemerintah saat ini sudah tinggi. Tapi di tataran bawah eselon I diberbagai kementerian memang masih kurang grengsengnya. Untuk itu kita tetap berusaha supaya komitmen Presiden Bapak SBY bisa dioperasionalkan di tingkat kementerian, tingkat eselon I. Itu yang masih perlu diperjuangkan.

Ditanya apa UU 32 tentang otonomi daerah ada pengaruh melemahnya gerakan KB? Dijawab Ya, betul sangat berpengaruh. Sangat berpengaruh dalam pengertian bahwa otonomi daerah yang sekarang terasa “kebablasan”, sehingga tiap daerah itu bisa menentukan programnya sendiri-sendiri. Bahkan ada yang menganggap program yang dulu kurang tepat bagi mereka. Sehingga dampaknya terhadap program KB adalah kurang bisa melaksanakan kegiatan kegiatan di tingkat lini lapangan.

Di satu pihak kita bergembira karena PLKB banyak yang promosi karena SDM-nya jaman Pak Haryono Suyono sangat bagus sehingga terpakai dan banyak yang diangkat menjadi lurah, Camat, bahkan Bupati, anggota DPRD. Banyak yang menjadi Kepala Dinas. Dilain pihak kita prihatin karena penggantinya kurang terpenuhi, walaupun sekarang sudah mencapai 22.000 dari awalnya 35.000. (H,NUR)

 Aguswar Ka.Subdit Ketahanan P

emberdayaan Keluarga Koto Baru,

Kab.Solok-Sumbar PROF.HARYONO

SUYONO PANTAS JADI PANUTAN

Prof.Haryono Suyono adalah tokoh yang pantas dipanuti dilihat kebolehan beliau melihat kedepan untuk bangsanya. Walaupun beliau sudah tua tetapi tetap berkiprah untuk bangsanya. Seperti sekarang ini melalui Yayasan Damandiri nampak sekali keaktifan Prof.Haryono Suyono menggalang pemberdayaan keluarga dengan munculnya Forum Posdaya. Dengan lahirnya Posdaya berarti beliau tidak tinggal diam memikirkan perkembangan bangsa dan negara ini kedepan.

Aguswar Ka.Subdit Ketahanan Pemberdayaan Keluarga Koto Baru, Kab.Solok-Sumbar menjawab Harun Nurochadi dari Gemari berkata bahwa ia mengenal nama Haryono Suyono, jauh sebelum bergabung sebagai karyawan di BKKBN. “Saya mendengar nama Haryono Suyono sejak di bangku sekolah. Nama beliau sering disebut diberbagai media seperti RRI Pusat maupun Radio Daerah. Kemudian mengenal lebih dekat setelah bergabung di BKKBN tahun 1985,” kata Ucok panggilan sehati-harinya Aguswar sembari menyatakan bahwa Prof.Haryono Suyono adalah pemimpin yang sangat aktif dalam pembangunan bangsa, bergerak dibidang sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan keluarga pada umumnya.

Bahkan setelah pensiun dari jabatan Kepala BKKBN maupun sebagai Menko KESRA beliau adalah seorang tokoh yang pantas dipanuti, beliau tetap aktif bergerak di bidang pemberdayan masyarakat.

“Kesan pribadi saya, Pak Haryono Suyono adalah seorang tokoh yang patut diteladani. Dan sekarang beliau sudah berusia 70 tahun lebih, tetapi tetap aktif, itu suatu yang luar biasa. Pak Haryono cerdas nencermati bagaimana menyongsong hari depan bangsa kedepan yang lebih baik. “Sangat pantaslah kalau beliau disebut sebagai tokoh yang patut diteladani. Kiprah Prof.Haryono Suyono baik sebagai pimpinan BKKBN, sebagai Menko Kesra dan sekarang sebagai Ketua Yayasan Damandiri patut diacungi jempol,” ucap Ucok ayah 5 anak (buah hati pernikahannya dengan isteri tercinta Hermawita- Kepala Sekolah SD 4, Kec.Lemang Jaya).

“Di usia Prof. Haryono Suyono ke 74 tanggal 6 Mei 2012, Saya dan keluarga mengucapkan Selamat Ulang Tahun kepada beliau dengan permohonan kepada Alloh, Semoga lebih sehat, lebih berkiprah lagi di hari tua beliau dan tetap sehat sejahtera selalu buat beliau dan keluarga,” ucap Aguswar yang memiliki hobby badminton dan mancing. (H.NUR). Foto di Mas Ade.

Wwcr- Fauzan Alfikri SAYA

MENGIDOLAKAN PROF.HARYONO

SUYONO

“Baik secara pribadi maupun selaku karyawan selama 34 tahun mengabdi di BKKBN, maupun selaku Kepala BKKBN Kota Pontianak, Kepala Kanwil BKKBN di Kalimantan Barat (KALBAR), Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan KBKS BKKBN Pusat dan purna tugas per Maret 2012, hingga kini, saya termasuk orang yang mengidolakan Prof.Haryono Suyono kalau menghadapi lapangan. Trik-trik beliau tajam dan tepat.”. Hal tersebut dinyatakan Fauzan Alfikri SH.MKM menjawab Gemari terkait pribadi dan kiprah Prof.Haryono Suyono yang 6 Mei 2012 genap berusia 74 tahun.

“Saya dipromosi ke Kalimantan Barat pada era beliau. Saya dapat SK alih tugas ke Kalimantan Barat Juli 1983. Tapi baru diperbolehkan pindah oleh dr.Abdullah Cholil selaku Kanwil BKKBN DKI Jakarta pada bulan Februari 1984. Sehingga saya di Kalimantan Barat itu total selama 16 tahun. Delapan (8) tahun pertama selaku Kepala Bidang-Eselon III, kemudian tugas belajar di FKM-UI untuk Pasca Sarjana,” ungkap Fauzan Alfikri yang mengenal Prof.Haryono Suyono sejak tahun 1977. Ditambahkan ia juga termasuk abdi negara yang harus mengikuti ketetapan Prof.Haryono Suyono bahwa pegawai yang selesai disekolahkan, harus kembali ke daerah pengirim, minimal dua tahun. Sehingga ia kembali ke Kalimantan Barat sampai 1998.

Ditanya kesan yang sangat mendalam disebutkan tahun 1997 (ketika itu Kanwil KB KALBAR Pak Unung Amihardja), ada acara Pencanangan Safari Nasional TNI-KB-Kes. Acara dihadiri Prof.Haryono Suyono selaku Kepala BKKBN, Menkes Prof.Dr.Sujudi, Pangab Jendral Faisal Tanjung. Rombongan dari pusat dengan dua pesawat Hercules C-130. Karena berbagai pertimbangan keamanan dan demi kelancaran acara, atas anjuran Kasi Teritorial Pangab Letjen (purn) Arie J. Kumaat (alm), ketika itu acara yang sedianya di laksanakan di Sungai Raya Kabupaten Pontianak dipindah ke Kota Pontianak. Spontan semalam suntuk jajaran BKKBN dan jajaran Kasrem memindahkan persiapan pameran acara Safari TNI-KB-KES. “Ini kegiatan nasional yang luar biasa mengingatkan saya kepada tokoh Haryono Suyono,” ungkapnya. Kenangan menarik lain tahun 1985. waktu itu Bapak HM.Suharto akan hadir di acara Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Biasa Pak Haryono yang ‘jagoan komuniksi’ ini selalu ingin menyisipkan program-program besar pada acara-acara yang cukup besar. Kami yg di Kalimantan Barat ketika itu menjadi cukup kuwalahan, namun sekaligus memacu tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas. Sang Begawan Komunikasi Dr. Haryono Suyono minta menyisipkan Gerakan KB muncul di acara besar Hardiknas. Dalam waktu relatif singkat prasasti-prasasti dan baliho besar harus muncul dicana. “Kegiatan-kegiatan kolosal seperti itulah Pak Haryono Suyono mampu mengemas dengan baik dan rapi dengan kemasan baru. Safari Spriral di Kalimantan Barat (1982), Safari Senyum, kemasan Lingkaran Biru, Lingkaran Emas kan KB-KB juga tapi dikemas dengan kemasan baru.” Tambah Fauzan.

Dengan kata lain gerakan safari KB senyum terpadu bukan semata-mata mencari peserta KB baru saja, tetapi diharapkan dapat memecahkan masalah yang lebih integral dalam gerakan KB Nasional, mulai dari komitmen politis sampai pada komitmen operasional yang terintegrasi kearah pelayanan manusia seutuhnya, kenang Fauzan Alfikri SH.MKM sembari menambahkan kenangan kegiatan menarik lain yaitu bertemunya akseptor warga keturunan Tionghoa yang dimuat diberbagai media besar dan terkenal.

Menarik, Prof.Haryono Suyono yang ahli komunikasi masa, ahli community development (pengembangan masyarakat), sehingga dengan peluncuran Posdaya yang sudah mengembang seperti sekarang ini, sebetulnya merefleksikan ide-ide beliau, yang menurut saya belum/tidak sampai ketika beliau masih aktif di pemerintahan, kemudian dirintis terus didalam pola ini. POSDAYA merupakan ide besar beliau untuk bangsa yang telah dirintis sejak lama, baik melalui TAKESRA, KUKESRA, Balai RUJUKAN Keluarga, POSYANDU PLUS, yang kini dikemas menjadi Pemberdayaan Keluarga (POSDAYA).Ini sejalan dengan yang sering diucap Prof.Haryono yang selalu diingatnya yaitu “Jangan puas mampu menaklukkan gelombang, tetapi harus mampu menciptakan gelombang.”

Sehingga ketika saya diminta untuk hadir di acara pelatihan di Padmirah Silver College, dengan senang hati saya ’makmum’ niatan besar itu, karena saya termasuk orang yang mengidolakan beliau sejak awal. Ungkap Fauzan ayah 3 anak (Fitria Nurul Imsani S.Kom sudah berkeluarga punya anak 1 (5 tahun), Mirza Al Adhar ST, Astri Mazia Ahriani S.Psi. buah hati pernikahannya 17 Mei 1978 dengan Lily Pratmaniwati yang berprofesi Guru Taman Kanak-Kanak), sembari berucap “Saya ucapkan Selamat Ulang Tahun kepada Bapak Prof.Dr.Haryono Suyono yang tanggal 6 Mei 2012 genap berusia 74 tahun. Pada Hari Ulang Tahun Pak Haryono yang ke 73, saya hadir ketika itu ada buku ‘Mengubah Loyang Jadi Emas’. Dari buku itulah saya lebih mengenal kiprah dan tentang perjalanan panjang beliau. Buku itu sampai sekarang saya simpan dengan baik. (H.NUR). Catatan foto minta Mas Sulaeman.

Dr.Sofyan Zakaria.

PROF.HARYONO SUYONO PANTAS JADI

GURU PIMPINAN KB

Bapak Prof.Haryono Suyono Ph.D, menurut saya beliau adalah orang besar. Menurut saya ya, Bangsa Indonesa butuh orang orang seperti Prof.Haryono Suyono. Saya juga berdoa mudah-mudahan Bapak Haryono Suyono diberi umur yang panjang, diberi kesehatan, serta segala rejeki dari Alloh Subkhanahu wa ta’ala. Dan saya juga berharap tumbuh atau lahirlah orang-orang seperti Prof.Haryono disaat bangsa kita itu butuh orang-orang seperti beliau, pada saat ini. Hal tersebut dinyatakan dr. Sofyan Zakaria, Kasi Advokasi, Direktorat Advokasi, Penggerakan dan Informasi.BKKBN menjawab pertanyaan H.Harun Nurochadi dari Mjl.GEMARI tentang kesan terkait kiprah Prof.Haryono Suyono yang tanggal 6 Mei 2012 Bapak Haryono Suyono genap berusia 74 tahun. “Saya pikir saya salut sekali kepada beliau Prof.Haryono Suyono ya, di usia beliau yang sudah sepuh, beliau masih aktif. Masih sanggup untuk road show, keliling propinsi untuk menyuarakan program –program POSDAYA. Yang menurut saya itu semua berimplikasi terhadap masyarakat langsung. Jadi saya pikir saya salut sekali kepada beliau. Saya juga nanti belum tentu diusia yang seperti beliau saya mampu melaksanakan apa yang beliau kerjakan saat ini. Dan saya mohon mudah-mudahan Pak Haryono diberikan kesehatan dan panjang umur oleh ALLOH Swt,” kata DR.Sofyan Zakaria ayah dua anak ( Fayas 6 rahun dan Raisa 2 tahun buah hati pernikahannya dengan isteri tercinta dr.Haifa Husein) dalam bahasa dan gaya lembutnya.

Ditanya sejak kapan mengenal, memperhatikan, mengikuti kirap Prof.Haryono. dr. Sofyan Zakaria yang lahir 24 Desember 1976, berkata bahwa ia tahu nama Haryono Suyono sejak di bangku SD, SMP, SMA di mata pelajaran IPS. “Saya masuk BKKBN tahun 2006. Tapi saya tahu Pak Haryono Suyono ketika saya masih Sekolah Dasar. Waktu itu masuk di mata pelajaran IPS. Disitu kita paham sekali apa itu jingle KB, apa itu NKKBS. Siapa Kepala BKKBN, yang saya tahu waktu itu ya hanya Dr.Haryono Suyono. Tapi setelah saya masuk BKKBN saya tahu ternyata banyak sekali pengganti beliau. Tetapi mungkin saat itu yang menurut saya paling sukses, sampai saat ini menurut saya masih Prof.Haryono. Prof.Haryono Suyono pantas menjadi guru bagi semua Kepala BKKBN, untuk mensukseskan program KB, menurut saya lho,” urainya.

Menutup bincang dengan H.Nur dari Gemari, dr.Sofyan Zakaria menyampaikan Ucapan Selamat Ulang Tahun untuk Prof.Haryono Suyono Ph.D yang tanggal 6 Mei 2012 genap berusia 74 tahun “Saya dr.Sofyan Zakaria bersama keluarga mengucapkan Selamat Ulang Tahun kepada Bapak Prof.DR.Haryono Suyono,Ph.D., semoga diberikan kesehatan, kekuatan, serta ketabahan dalam menjalankan sesuatunya sampai saat ini. Terutama untuk program-program yang pro rakyat. Dan saya juga berharap, keluarganya juga diberikan kesehatan untuk mendukung usaha-usaha beliau, dalam menjalankan apa yang menurut beliau itu sangat bagus untuk bangsa dan negara ini. Mungkin sekian dari saya. Wassalam Warochmatullohi wabarokatuh,” ungkap dr.Sofyan Zakaria mengakhiri bincang bincang dengan Gemari.(H.NUR).

Mujiarto (Anto)  PAK HARYONO TEPAT

WAKTU, TAPI TIDAK PERNAH MARAH

Selaku pribadi saya menilai Pak Haryono orangnya sangat sangat.. gimana ya.. ee wibawa ya.. energik ya.. daya ingat tinggi.. kepada bawahan baik dan lembut. Kalaupun beliau kesal.. marah.. terhadap bawahan apakah itu staf apakah itu eselon, tidak didepan umum. Yang saya tahu seperti itu. Pak Haryono jiwanya benar benar hubungan antara manusia digunakan dengan baik, antara bawahan.. atasan maupun..setingkat. Hal tersebut diungkapkan Mujiarto SE, Kasi Pencitraan, Direktorat Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN dalam bincang-bincang santai dengan Gemari.

Anto, panggilan akrab Mujiarto yang bekerja di BKKBN sejak tahun 1980 dan sejak awal ditempat di Biro Penerangan dan Motivasi, bersyukur selama Bapak Haryono Suyono menjadi Kepala BKKBN, selalu ditugasi mengikuti kegiatannya. “Kemanapun Pak Haryono, saya pasti selalu ikut, untuk meliput mengambil gambar kegiatan atau mendampingi wartawan.” ungkapnya bangga sembari menambahkan selama itu tidak pernah melihat Pak Haryono Suyono marah.

“Contoh soal seperti saya, selama Pak Haryono berkuasa di BKKBN tidak pernah dimarahi. Sekali lagi tidak pernah dimarahi, ucap Anto sembari membahkan kalau adea yqang kurang pas Pak Haryono cuma bilang “Begini leee kalau kamu kesalahan jangan gugup. Kalau ada tamu kamu buat kesalahan jangan gugup. Yang penting saya mengerti pasti kamu itu salah. Yang penting tutupi kegugupan kamu, dia bilang begitu.” Kenang Anto sembari berucap bahwa ia banyak belajar dari Pak Haryono Suyono. Semua masalah, sikap, perilaku, cara bekerja, bagaimana yang baik itu, saya dan yang muda-muda perlu banyak belajar dari beliau.

Masalah kedisipinan, Anto menyebutkan bahwa Pak Haryono Suyono orangnya tepat waktu. Kalau misalnya acara jam 08.00 beliau jam 07.00 sudah ada di ruang pertemuan atau ruang tunggu. Kebetulan kami-kami dulu masih muda, sebelum jam 07.00 kita sudah datang di lokasi. Tentang kegiatan liputan Anto berkata bahwa masalah kunjungan ke daerah misalnya liputan, pokoknya masalah liputan kita di nomor satukan oleh Bapak Haryono Suyono. Dalam mendampingi wartawan kita diminta untuk datang lebih awal di lokasi acara. Tapi tanpa nada keras. Bahasanya lembut penuh kekeluargaanlah beliau itu.

Peristiwa menarik dan lucu yang sering diingatnya, saat ia harus mendampingi wartawan wawancara di rumah kediaman Bapak Haryono di Pengadegan Barat No. 4 Perdatam. Ini lucu sekali.. “Wartawan wawancara di rumah beliau di Perdatam, Pengadegan Barat 4, waktunya malam hari mas. Malam hari sekitar jam 9 malam (21.00). Kita itu waktu dulu bekerja berpikiran bekerja adalah bekerja tidak ada masalah yang lainnya. Hanya bekerja dan bekerja. Seperti petunjuk beliau “kamu itu bekerja ya bekerja. Soal uang ya pasti itu akan mengikuti,” gitu.

“Waktu tu saya mendampingi Majalah Sarinah wawancara di rumah Pak Haryono Suyono sekitar jam 9 (21.00) sampai selesai. “Selesainya jam 01.00, mas. sedangkan rumah saya jauh, di Depok. Saya naik angkot,” ucap Anto ayah satu anak Anak Ayu Rinjani Yudhitiasmara lulus S1 IISIP Jkt, buah hati pernikahannya dengan Endang Ujiasmara (Pegawai Negeri), menerawan jauh masa lalunya.

Selesai wawancara saya pamitan dong, dengan Pak Haryono Suyono dan Bu Haryono. Saya pamitan dulu ke Ibu. “Bu saya akan pulang, karena rumah saya jauh. “Nanti dulu, kita makan bareng dulu,” jawab Bu Haryono. Saya jawab “Maaf Bu kalau soal makan mah gampang, karena sudah jam 01.30 malam”. Kemudian Ibu menjawab lagi “Ya sudah kalau begitu saya mengijinkan pulang. Sana tolong bilang Bapak.

Saya maju ke Pak Haryono. “Pak Haryono maaf saya mohon ijin pulang lebih awal, karena sudah terlalu malam, rumah saya jauh dan saya naik angkot,” ucap Anto mengulang ucapan pamitnya. “Lho kamu itu gimana sih, ayo makan dulu sama saya bareng teman wartawan di meja saya sini, “ jawab Pak Haryono. Saya menjawab lagi Pak maaf saya masih kenyang . Dijawab lagi oleh Pak Haryono “Tidak kalau kamu tidak makan bareng dengan saya kamu saya turunkan pangkat kamu..menjadi…..”.. “Terfikir di benakku, pangkat saya staf.. mau diturunkan menjadi apa lagi… saya ketawa,” ungkapnya. Akhirnya Anto menuruti ajakan Pak Haryono untuk ikut makan dulu dengan wartawan Sarinah. Begitu selesai makan sekitar jam 02.00 pagi kita pamitan pulang. Itu yang sangat terkesan bagi saya.

Kesan yang juga menarik, ketika itu saya lagi bekerja ..tiba-tiba saya di tilpun oleh Pak Haryono, melalui ajudan.. (Pak Rosdiawan).. Saya disuruh menghadap beliau . Mas Anto segera ke Halim. Dipanggil Bapak. (Waktu itu saya masih berkantor di BKKBN Cawang (Jl.MT.Haryono) Kaget saya.. ada apa Mas? nGGak tau Pak Haryono, memanggil Mas Anto, jawab Pa Dida.. Anto kemudian naik ojek dari Cawang ke BKKBN Halim. “Begitu sampai ruangan Bapak Haryono Suyono, saya menemui sekretaris, waktu itu Bu Yayuk. Saya tanya Bu Yayuk “ada apa?” dijawab nggak tau. Itu mas Dida. Saya tanya Mas Dida.”Mas Dida ada apa”? Dijawab nGGak tahu Pak Haryono. Lho ada apa ya. Saya nggak enak .. masuk . nggak.. masuk nggak..apa Bapak sendiri yang mencari. Saya ketuk pintu… dan saya matur Pak maaf mengganggu. Dari dalam ada jawaban tidak mengganggu. Komputer dimatikan kemudian Bapak Haryono Suyono bicara segala macam terhadap saya yang isinya tidak boleh disebar luaskan ke orang lain. Mengachiri bincang bincang dengan Gemari Anto berucap “Untuk Bapak Haryono Suyono selamat ulang tahun, panjang umur, selalu sehat wal afiat dan murah rejeki.”. (H.NUR)

BANGGA PUNYA BAPAK SEPERTI

PROF.HARYONO

Sugiyono Sp.D, MM

“Saya bangga punya seorang Bapak KB seperti Prof.Haryono Suyono yang terus menerus menggelorakan semangat program KB kepada masyarakat. Bahkan dalam usianya yang sudah 74 tahun Prof.DR.Haryono Suyono Ph.D terus berkarya untuk bangsa negara khususnya dalam menangani gerakan KB di Indonesia. Beliau selalu berfikir bagaimana upaya mensejahterakan keluarga-keluarga Indonesia. Dengan berbagai upaya itu beliau selalu bukan saja program KB, dalam artian alat kontrasepsi, tetapi juga dengan sentuhan-sentuhan program yang bisa meningkatkan kesejahteraan keluarga, utamanya adalah bagaimana meningkatkan potensi diri dan memanfaatkan lingkungan melalui Posdaya yang ada di wilayahnya.” Demikian dinyatakan Sugiyono, Sp.D, MM. Kasubdit KIE, Direktorat Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN menjawab pertanyaan GEMARI terkait kiprah Prof.Haryono Suyono yang tanggal 6 Mei 2012 genap berusia 74 tahun.

Pemberdayaan Keluarga bidang ekonomi dan Lingkungan sebagai contoh, lanjut Sugiyono, adalah program ekonomi kerakyatan yang benar-benar mendarat di masyarakat. Dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Prof.Haryono Suyono dan jajaran Damandiri memfasilitasi dengan berbagai upayanya baik pelatihannya bahkan pendanaannya termasuk pemasaran-pemasaran hasil produk-produk yang dikembangkan keluarga keluarga Indonesia dan masyarakat di wilayah Indonesia.

Melalui kerjasama dengan ber-Bankkan Prof.Haryono juga memfasilitasi dalam skim kredit untuk pemenuhan kebutuhan anggaran bagi masyarakat yang tergabung dalam Posdaya. “Selaku pribadi beliau adalah Bapak Utama saya. Saya sering kontak beliau. Beliau memberikan arahan-arahan. Di beberapa media internet dll Prof.Haryono Suyono juga terus menggelorakan semangat kepada keluarga-keluarga Indonesia bahwa jangan pernah berhenti di jalan dengan program KB,” kata Sugiyono SPd. MM.ayah dua anak -(Sukoco Adinegoro- (sekolah Madrasah Aliyah Negeri dan mondok di pesantren Al Hikmah Yogyakarta) dan anak kedua di Jambi masih SMP dan alhandulillah selalu juara buah hati pernikahannya dengan isteri tercinta Nur Solechatun yang kini bekerja sebagai pegawai Pemda di Jambi.

Sugiyono yang mengenal Prof,Haryono sejak tahun 1990-an baik melalui media maupun tatap muka dalamkaitan tugas, meniti karier di BKKBN sejak dari pesuruh, ketika drg.Suharto menjadi Kepala BKKBN Jambi. Kemudian ia mengikuti Sipenmaru. Pak Harto memberi motivasi kepada saya untuk terus kuliah. Dan akhirnya saya dijadikan security (Satpam) untuk jaga malam. Selama 4 tahun itu saya manfaatkan dengan sebaik-baiknya, baik sebagai pegawai sekaligus mahasiswa ketika itu.

Bersyukur tahun 1992 nerhasil menyelesaikan studinya sehingga bisa nyambi mengajar di salah satu universitas di Jambi. Kesibukan di kantor cukup padat sebagai Staf advokasi waktu itu Penerangan dan Motivasi. “Saya memanggul kamera cukup lama sekitar 13 tahun. Kemudian diangkat menjadi Kepala Seksi Advokasi dalam perubahan struktur organisasi. Setelah itu dipercaya mengemban tugas sebagai Kepala Bidang, KSPK di Prov.Kepulauan Riau, sekitar 3 tahun 6 bulan. Bersyukur sekarang dipercaya KASUBDIT KIE, Direktorat Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN Pusat. (H.NUR)

PAK HARYONO TELADAN YANG MUDA-

MUDA

“Saya kenal sekali dengan Pak Haryono sejak Pak Haryono Suyono masih menjadi Deputy KB,” jawab Siti Hindun menjawab pertanyaan Gemari terkait Prof.Haryono Suyono yang tanggal 6 Mei 2012 genap berusia 74 tahun. “Ketika itu saya menjadi sekretaris Bu Srihartati P.Pandi (Kepala PUSDIKLAT) sampai Deputy Latbang sampai beliau pensiun. Kemudian saya menjadi Sekretaris Pak Drs.Moch.Sudarmadi sampai pensiun, ikut Ibu Yaumil Agus Akhir yang kemudian beliau meninggal, dan kemudian Bu Sumaryati sampai pensiun. Walau tidak pernah menjadi sekretarisnya tetapi selalu memperhatikan kiprah Pak Haryono.”Iyalah.. selalu mengikuti, kalau tidak dan tiba-tiba ditanya Boss gimana”.ucapnya.

Ditanya kesan terhadap Prof.Haryono baik secara pribadi maupun pimpinan dijawab “Kesannya ya baik, bijaksana, disiplin. Semangatnya luar biasa. Kita kalah yang muda,” jawab Siti Hindun ibu dua anak Danang Hendro Nugroho (sudah menikah punya anak satu) dan Galih Wisnu Prabowo masih kuliah, buah hati pernikahannya dengan Drs.Nurwanto.

Ditanya yang paling diingat dan terkesan, mungkin teguran atau omelan? “Nggak pernah siih. Yang jelas yang paling berkesan setiap Lebaran ngasih THR. Itu yang paling berkesan sampai sekarang, jawab Siti Hindun sembari tertawa. Saya kebetulan dalam tugas belum pernah terlibat langsung karena belum pernah menjadi sekretarisnya. Ya cuman yang jelas merasakan enak waktu kepemimpinan Pak Haryono Suyono. Jaman itu sih … pengaruh juga, jawab Siti Hindun yang bekerja di BKKBN sejak tahun 1980.

“Yang jelas BapakHaryono luar biasa. Diusianya yang sudah sepuh masih sibuk.. ya itulah bisa untuk tauladan kita. Sudah sepuh tapi masih potensial. Masih banyak ide-ide. Selamat Ulang Tahun Prof.Haryono, semoga selalu sehat, tetap eksis, terus banyak menjadi tauladan bagi kita yang muda-muda. Itu saja,” ucap dra Siti Hindun. Menutup bincang-bincangdengan GEMARI. (h.nur)

DYAH EKOWATI  :PAK HARYONO SIMPLE

NGGAK PERNAH NEKA NEKA

Secara pribadi maupun selaku pimpinan beliau baik, perhatian dengan teman, dengan anak buah, dengan sesama pokoknya yaa, tidak pilih kasih. nGGak membeda-bedakan. Menurut saya beliau sewaktu menjabat di BKKBN maupun sesudah menjadi Kementerian Kependudukan dan KB, Bapak Haryono itu banyak teman dan banyak dimintai pendapat. Itu.. Sampai sekarang beliau juga masih baik, masih perhatian. Hal tersebut dinyatakan Dyah Ekowati, sekretaris Prof.Haryono saat memimpin BKKBN.

Ditanya yang paling terkesan selama menjabat jadi sekretaris Bapak? “Yang paling terkesan ituuu , yaitulah Bapak selalu memperhatikan anak buah . Ditanya “nggak pernah diomelin? Eko menyahut “Nggak itu. Bener.”

Sering memberi petunjuk? Dijawab “Ya itu pasti. Kalau kita tidak tahu diajarin. Hehehe. Kalau tidak tahu komputer juga diajariin. Ada, pernah teman, bukan saya, dia bingung dia mau ngapain gitu. Kebetulan beliau (Pak Haryono) pas lewat. Bapak berhenti sejenak dan ngajarin .. begini lho caranya seperti ini lee. Inget saya itu, waktu di lantai III Gedung depan.

Dyah Ekowati yang mulai bertugas di BKKBN tahun 1982, ditanya terkait tugas-tugas mendadak selaku sekretaris, apa yang harus disiapkan dijawab bahwa Pak Haryono itu orangnya simple. “Ketika itu saya dengan mBak Yayuk (dra.Sri Rahayu- sekarang KKB Sunarera Selatan) Bapak itu simple, nggak pernah neka-neka. Pokoknya beliau itu, misal mau kemana yang menyiapkan ajudan. Beliau tinggal jalan. Tetapi nggak repot Bapak itu. Enak-enak saja.. enjoy .” .

Ditanya, sebagai sekretaris, pernah diminta menyiapkan pidato? Dijawab “Bapak bikin sendiri. Tahu-tahu sudah jadi. Sesekali ada masukan dari bawah, tapi langsung di disket, waktu itu belum ada flashdisk. Disket diaturke Bapak, tahu tahu sudah jadi, diedit Bapak sendiri. Tinggal diperbanyak. Gituu,” jawab Eko.

Dyah Ekowati yang mengawali karir sebagai staf di di Biro TU , ditanya sebagai petugas sekretariat pimpinan yang begitu sibuk apa tidak lelah, dijawab tidak lelah, tidak Bapak Haryono enjoy enjoy saja. Bahkan kadang terpikir, Bapak kok sehat terus ya? Luar biasa. Resepnya apa? Sampai sekarang masih fit fit fit.gitu lho. nGGak usah lihat TV, lihat di Facebooknya itu, hari ini kesini, tahu-tahu sudah boarding berangkat lagi . kapan istirahatnya ya pak? “Semoga Bapak panjang umur, tambah sehat, tambah perhatian dengan rakyat kecil, agar Posdaya maju terus. Pantang mundur. Selamat ulang tahun ya pak.Sukses buat Bapak dan Ibu serta sekeluarga. Wassalam,” ucap Eko menyambut HUT Prof.Haryono Suyono.

Hal serupa dinyatakan Ismiyatun yang lama giat di Penerangan dan Motivasi BKKBN Pusat, yang kebetulan hadir saat Gemari wawancara dengan Eko. “Kalau saya kesannya Pak Haryono Suyono itu adalah Bapak yang humoris, pekerja keras, pemikir dan pemotivasi orang lain.Gituuuu,” saut Ismiyatun sembari berucap Sampaikan selamat Ulang Tahun untuk Bapak Haryono dari kita-kita ya. (H.NUR).

BERKAT DORONGAN PROF.HARYONO

MENYELESAIKAN PENDIDIKAN S1

Sugeng Widodo S,SOS masuk BKKBN dengan ijazah Sekolah Dasar (SD) tahun 1982, diangkat CPNS tahun 1983. Ia melayani Prof.Haryono dari tahun 1985 sampai terakhir tahun 1998. “Saya mengenal Prof.Haryono Suyono sejak tahun 1985. Sebagai pesuruhnya pak, sebagai pesuruh beliau sejak tahun 1985 sampai saya berkesempatan sekolah lagi sekolah lagi, bahkan kuliah dan lulus S1 tahun 2000,” urai Sugeng lugas menjawab Knibonline.

Dijelaskan karena Prof.Haryono sering bicara pentingnya belajar. Berkat dorongan dan dukungan ajudan waktu itu Pak Dadi (Drs.Dadi Parmadi MA) dan pak Dida ( Drs.Ida Rosdiawan) saya bekerja nyambi sekolah bahkan kuliah. Yang mendorong pertama kali saya untuk sekolah Pak Drs.Dadi Parmadi. ‘Pokoknya minggu ini guwe kagak tahu pokoknya lu harus nyari sekolahan’. Ketika itu saya jawab “ dananya dari mana?” Pak Dadi jawab ‘Guwe kagak mau tahu’. Akhirnya berkat dukungan banyak pihak melalui Pak Dida akhirnya saya bisa sekolah sampai selesai di FISIP Jurusan Administrasi Negara Universitas Islam 45 Bekasi.

Sugeng menyebut, Ia ketahuan kuliah lagi oleh Pak Haryono Suyono setelah semester dua. Ketika itu beliau mencari saya dan Pak Dida (ajudan) menyebut kalau saya kuliah mengambil S1. Bagus.. bagus.., ucap Pak Haryono waktu itu.

“Dari awal saya melayani beliau sebagai pesuruh, sebagai staf beliau, sangat terkesan sekali karena beliau itu orangnya selalu ramah dan menghargai pendapat orang lain, masukan orang lain. Itu yang kami sangat suka sekali,” urai Sugeng sembari bertutur ungkapan syukur ia masuk BKKBN dari Sekolah Dasar (ijazah SD) dan berkat dorongan beliau-beliau supaya meneruskan sekolah, sekolah dan sekolah dan akhirnya lulus S1.

“Bersyukur berkat dorongan dan bantuan beliau2 kami bisa berkembang sedemikian dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Haryono walaupun tidak secara langsung memberikan materiil, tapi terus memberi semangat untuk maju, maju maju dan terus maju, “ ucap Sugeng Widodo kelahiran Wates Gunung Kidul (1960) ayah dua anak Diah Eka Winardi AMD menikah dengan Agni Srenggono Indupati S.Sos. yang acara pernikahannya dihadiri Bapak-Ibu Haryono Suyono, dan anak kedua Dwi Rahmawan ST- (Teknik Pertambangan UPN Yogyakarta) buah pernikahannya dengan Ruktinah kelahiran Wates Kulonprogo.

Setelah Prof.Haryono Suyono pindah ke Menkokesra, Sugeng ditempatkan sebagai staf Sekretariat Kepala sampai tahun 2005. Kemudian dipindah ke Direktorat Ekonomi Keluarga. Selanjutnya diberi kesempatan Kepala BKKBN dr.Sugiri Syarief untuk membantu di sekretariat pimpinan selama satu tahun. Tahun 2008, Sugeng Widodo S.Sos diangkat menjadi Kasi Evaluasi pada Direktorat Bina Lingkungan Keluarga. Dua tahun kemudian ada perubahan Direktorat Bina Lingkungan Keluarga tidak ada diganti Kasi Pengembangan Kelompok Bina Keluarga Lansia di Direktorat Bina Keluarga Lansia dan Rentan (Dithanlan BKKBN).

Kesan dan kenangan yang sangat diingatnya sampai sekarang adalah kata-kata (wejangan) Prof.Haryono Suyono “Lee kamu kerja yang iklas. Kalau kamu iklas kerja, nanti soal rejeki Alloh yang menentukan. Bapak juga selalu memberi semangat bahwa hidup itu harus berjuang. Perjuangan itu harus penuh keikhlasan dan selalu mengedepankan kejujuran dan disiplin. Ini petunjuk Bapak yang kami banggakan,” kenang Sugeng sembari mengucap salam “Kami mengucapkan Selamat Ulang Tahun yang ke 74 kepada Bapak Haryono Suyono. Mudah-mudahan Bapak beserta keluarga selalu diberi kesehatan, kelancaran, diberikan kebahagiaan lahir maupun batin. Mudah-mudahan Alloh mengabulkan semua apa yang diinginkan oleh beliau. Terima kasih,” ucap Sugeng Widodo mengakhiri bincang-bincang dengan KNIBonline. (H,NUR).

 EDY PURWOKO  PAK HARYONO PENGIN

TAHUNYA BESAR

Pak Haryono Suyono adalah salah satu panutan figur bangsa Indonesia dalam program Kependudukan dan Keluarga Berencana, hingga saat ini. Saya mengenal beliau secara dekat pada saat menjadi ajudan Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN pada tahun 1995 sampai 1998 (awal reformasi). Selama lk 3 ½ tahun saya melayani bersama Mas Mulyono Danipawiro. Kami dengan tulus iklas, membantu kelancaran dan kesibukan Bapak Haryono Suyono sehari-hari, didalam melaksanakan tugas-tugas negara saat itu.

“Pengalaman dan pengamatan saya terhadap beliau itu bahwa hingga saat ini Pak Nur, saya masih belum menemukan figur yang pernah saya alami secara dekat, seperti b3liau. Pak Haryono Suyono immense curiosity (rasa ingin tahunya) gede sekali. Pada saat mencermati sesuatu beliau ingin selalu tuntas. Mungkin itu ciri-ciri orang cerdas seperti itu ya Pak Nur. Jadi rasa ingin tahunya sangat besar. Jadi kalau kita ditanya, kita mungkin tidak dapat menjawab satu jawaban, akan dikejar dengan pertanyaan berikutnya. Sehingga meskipun mungkin pertanyaannya simpel, tapi kami mengantisipasi dua tiga jawaban. Kalau-kalau beliau menanyakan lain. Itu Pak Nur. Jadi kami selalu gugup pak Nur. Pada saat beliau bertanya apa. Dibenah kita juga berpikir jangan jangan bapak nanya ini nanya itu kita tidak siap,” urai Edi Purwoko S.SOS.MPH. menjawab pertanyaan terkait Prof.Haryono Suyonoyang tanbggal 6 Mei 2012 genap berusia 74 tahun.

Ditanya pertanyaan yang paling membuatnya tegang dan sampai sekarang masih dingatnya, dijawab saat itu .. saya ada pengalaman yang lucu pak Nur. Beliau minta kertas kuning, untuk label surat. Ketika itu beliau hanya menyebut “Kuning kuning.. kuning. Kuning. Coba kuning… kuning. Saya berfikir kuning-kuning itu apa nih.? Saat itu benda yang warna kuning, yang saya bawa semua. ). Ada tiga empat benda lain yang warna kuning saya sampaikan. Ternyata yang dicomot kertas warna kuning untuk label pembatas halaman. Saya menjadi merasa geli lucu. Itu pengalaman yang sangat lucu, kalau inget mesti ketawa sendiri. Kenang Edy Purwoko.

“Yang jelas apa yang beliau minta kita harus sudah tahu, apa yang beliau inginkan. Ini pengalaman saya.” ungkap Edi Purwoko yang diangkat jadi PNS golongan II A, Oktober 1990. Dan pada saat saya melayani Pak Haryono menjadi ajudan menteri sebetulnya saya pangkatnya baru II C, sehingga saat itu sering diledek oleh Bapak, “Wah kamu mau saya jadikan Kepala Propinsi.. pangkatmu leee.”

Bersukur tahun 1993 saya kuliah lagi , tapi karena memang proses perjalanan pekerjaan dan kuliah tidak seimbang sehingga tahun 1999 baru menyelesaikan S1 (Administrasi Negara) terus penyesuaian III A. Tetapi setelah penyesuaian, Pak Haryono pindah ke Menko Kesra, saya tetap di BKKBN waktu itu melayani Pak Oka (Ida Bagus Oka-Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN) sempat 1 l/2 tahun. Terus saya pindah Direktorat.. jadi belajar program saya mutasi dari TU pimpinan ke Direktorat Jaminan Pelayanan KB. Hingga saat ini dan nama direktorat kini berubah menjadi Direktorat Bina Kesertaan KB Jalur Pemerintah.

Edy Purwoko ayah dua anak (Purwati Gitayanti-kuliah tahun pertama, dan Dwi Rahmadi-SMP klas 2, buah cinta pernikahannya 4 Juli 1992 dengan Yuliati AM Keb.(seorang bidan) bersyukur berkesempatan melanjutkan studi S2 di Magister Kesehatan Ibu dan Anak Universitas Gajah Mada pak nur, saya lulus tahun 2009.

Sedang kenangan paling menegangkan, Edy Purwoko yang kini menjabat Kepala Seksi Bina KB Jalur Klinik Pemerintah, sembari menerawang kenangan lama berucap kenangan paling pait, waktu itu gara-gara wartawan masih yunior/magang. Saya tidak tahu komunikasi dengan Bapak Haryono dimana, tapi saat itu Bapak mengajak wartawan itu wawancara ke Bandung.

Pada saat di Bandara Halim, wartawan itu datang, masih muda yunior. Wartawan datang terus menghadap Pak Menteri, terus pak menteri manggil saya. “Ini sudah kamu urus?.” Saya kaget.. siapa ini.?. Disitulah saya tidak pernah melihat Bapak Haryono marah, tetapi ketika itu Bapak kelihatan marah dan bilang “sudah tiketmu kasihkan dia”. Berkat kesigapan orang dalam waktu itu mas Bambang lari ke Bagian Penjualan tiket. Bersyukur masih ada sisa tempat duduk. Alhasil wartawan bisa berangkat dan saya juga bisa berangkat. Itu yang saya ingat. Ternyata tata prosedure si wartawan itu yang keliru, tidak melalui Humas tetapi langsung ke Bapak dan kita dianggap sudah tahu semua, didalam mempersiapkan si wartawan untuk ikut. Itu kenangan yang lucu sekalighus menegangkan, urai Edy Purwoko S.SOS.MPH mengakhiri bincang-bincang dengan Gemari sembari menyampaikan Selamat Ulang Tahun kepada Prof.Dr. Haryono Suyono yang tanggal 6 Mei 2013 genap berusia 74 tahun. “Kepada Bapak Prof.Dr.Haryono Suyono Ph.D, saya Edy Purwoko Bapak, mengucapkan Selamat Ulang Tahun yang ke 74. Semoga Bapak-Ibu selalu dikaruniai kesehatan dan panjang umur.” (Hnur)


Prof Haryono, Sang Tokoh yang Penuh Energik Oleh Dr.H.Usman Yatim,M.Pd,M.Sc/Pemimpin Redaksi SK MADINA 

Saat berada di Banjarmasin, 25 April 2012, pesan singkat (sms) dari pak H Harun Nurochadi, masuk ke telepon genggam saya. Pak Nur minta kesan-kesan saya tentang Prof.Dr.Haryono Suyono,MA yang akan ulang tahun pada 6 Mei 2012. Wah, kesan dan pendapat tentang Prof Haryono dari saya terlalu banyak. Pak Nur, minta pendapat saya cukup singkat saja karena juga akan ada dari lainnya. Nah, inilah pendapat singkat saya:

Saya banyak mendengar kesan dan pendapat tentang Prof Haryono dari banyak orang, apalagi mereka yang kini berkiprah dalam Yayasan Damandiri. Kesan yang dapat disimpulkan: “Prof Haryono seorang yang luar biasa, tokoh panutan, motivator dan inspirator buat banyak orang. Prof Haryono adalah seorang pekerja keras, tak pernah terlihat lelah.” Kesan ini sangat benar adanya.

Sosok Prof.Dr.Haryono Suyono,MA, memang dapat dikenal dalam banyak sisi. Beliau adalah seorang komunikator ulung, sosiolog, pendidik, tokoh pemberdayaan masyarakat. Hal paling mencolok lagi, saya menyebut Prof Haryono sebagai seorang motivator yang energik. Penampilan yang tidak dapat dilupakan dari Prof Haryono adalah wajahnya yang selalu penuh senyum, mengundang rasa keakraban mendalam bagi semua orang.

Beliau tampil sederhana, spontan, benar-benar seorang tokoh sangat egaliter. Pengalaman beliau sebagai Kepala BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana), Menteri Pendudukan, Menko Kesra dan Pengentasan Kemiskinan, tak membuat beliau mengalami “post power sindrom.”

Sebaliknya malah dia mencuatkan, sosok seorang tokoh yang berkarakter kuat, integritas pribadi yang menonjol, tapi tidak mengawang-awang, melainkan tetap membumi. Sikap egaliter Prof Haryono, justru kian menampilkan sosoknya sebagai seorang pemimpin, formal dan informal. Bila karena kiprahnya kini tetap banyak bersinggungan dengan masalah sosial dan kemiskinan, tidaklah salah jika masih banyak menyebut Prof Haryono adalah “Menko Kesra seumur hidup.”

Prof Haryono bagi saya pribadi, tidak akan mungkin dapat saya dan keluarga lupakan. Betapa tidak, beliau punya andil besar dalam kesuksesan pendidikan saya. Prof Haryono menjadi penguji dalam ujian terbuka/promosi doktor saya di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rabu, 16 Maret 2011. Begitu pula saat ujian tertutup, beliau bukan saja jadi penguji tapi juga guru saya karena beliau banyak memberikan bimbingan sehingga saya dapat menjawab pertanyaan para penguji. Kalau ada yang bertanya, kenapa ujian doktor saya dapat berlangsung lancar, sukses, tidak banyak menghadapi kendala, maka salah satunya karena Prof Haryono berkenan menjadi penguji saya. Pendapatnya tentu sangat dipertimbangkan oleh penguji lainnya.

Harus diingat, sikap dan tindakan Prof Haryono tidak hanya kepada saya tetapi juga terhadap banyak orang lainnya. Beliau saya lihat dan rasakan, senang melihat banyak orang berhasil dalam kehidupannya, apalagi terhadap orang-orang muda yang mau sukses. Oleh karena itu, pastilah banyak orang yang menyatakan terimakasih kepada Prof Haryono. Khusus saya, rasa terimakasih tidaklah cukup diungkap lewat kata atas segala kebaikan beliau. “Doa kesehatan, panjang umur agar terus dapat mengabdi buat bangsa dan negara, senantiasa mendapat rahmat, kurnia dan hidayah Allah Swt ,” itulah yang selalu saya tujukan buat Prof Haryono beserta ibu, anak dan cucu. Selamat ulang tahun Prof Haryono!!! . (H.NUR)

Bupati Bantul Hajah Sri Suryawidati: SAYA MEMILIKI KESAN TERSENDIRI TERHADAP PROF.HARYONO SUYONO “Posdaya Menyentuh Rakyat Kecil”

 Bupati Bantul Hajah Sri Suryawidati mengaku memiliki kesan tersendiiri terhadap Prof. Dr. H. Haryono Suyono baik semasa masih menjabat Kepala BKKBN, Menteri, maupun sekaran sebagai Ketua Yayasan Damandiri. Menurutnya, program-program yang dilaksanakan Bapak Haryono Suyono kaitannya dengan penurunan angka kemiskinan, program-program untuk pemberdayaan sangat menyentuh kepada masyarakat kecil.

“Sampai saat inipun dengan yayasan yang dipimpinnya Yayasan Damandiri sangat peduli sekali dengan masyarakat. Masyarakat yang dulunya tidak punya kegiatan terutama setelah gempa di Kabupaten Bantul dengan sentuhan Posdaya dari Bapak haryono pemberdayaan masyarakat lebih bersemangat lagi, apa lagi dengan adanya kerjasama penambahan ilmu ataupun tamu yang kaitannya dengan Posdaya kegiatan pemberdayaan masyarakat lebih banyak tergugah,” ungkap Bupati Bantul.

Lebih jauh diungkapkan, Bapak Haryono dengan Yayasan Damandirinya yang menggandeng beberapa universitas di Yogyakarta sangat membantu pemerintah daerah Kabupaten Bantul di dalam upaya-upaya mengatasi masalah kemiskinan. “Yayasan Damandiri dan beberapa universitas yang terus melakukan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatannya mengatasi persoalan-persoalan kemiskinan bisa terkafer dan bisa terselesaikan di masing-masing wilayah,” tuturnya.

Sementara selaku pribadi Bupati Bantul Sri suryawidati sangat menaruh simpati. “Pak Haryono semua orang mengetahui sebagai contoh keluarga yang harmonis sekali dengan Ibu Hj.Astuti Haryono, apalagi dengan hobynya itu senang sekali dengan tanaman obat sehingga warga Bantul pun banyak yang meniru kegiatan berkebun ini,” bebernya seraya

ditambahkan kegiatan berkebun ini bisa dikembangkan masyarakat bantul yang memiliki lahan yang luas untuk tanaman obat ataupun untuk tanaman sayuran.

“Saya lihat sendiri di rumah Bapak Haryono banyak tanaman segala macam tanaman ada sampai tanaman langka. Saya sendiri yang tinggal di kota tak punya lahan banyak juga niru Bapak Haryono ini menanam buah-buahan di pot. Kegiatan ini selain menghasilkan buah juga menghasilkan oksigen di rumah,” demikian Hajah Sri Suryawidati. (DANU/H.NUR).

Ir.Haryono M.Si Sekretaris LPPM-UNS:

MAHASISWA WAJIB IKUTI KKN TEMATIK

POSDAYA

“Semoga Damandiri selalu berjaya. Karena tidak pernah meninggalkan komit dengan masyarakat kecil. Sejak berdirinya, lapis bawahpun tahu kiprah Yayasan Damandiri selama ini. Kiprah Damandiri sejak berdirinya 15 Januari 1996 sangat bagus. Dengan adanya Posdaya, kegiatannya semakin menyentuh lapis bawah masyarakat.” Ucapan Selamat juga disampaikan untuk Prof.Haryono Suyono yang tanggal 6 Mei 2012 genap berusia 74 tahun. “Selamat ULTAH Prof.Haryono, Semoga Alloh selalu melimpahkan rahmad untuk Bapak dan keluarga,”. Hal tersebut dinyatakan Ir.Haryono M.Si Sekretaris LPPM UNS Surakarta, menjawab pertanyaan GEMARI terkait kiprah Yayasan Damandiri yang dikomandani Prof.Dr.Haryono Suyono yang tanggal 6 Mei 2012 berulang tahun ke 74.

Ir.Haryono, Msi, Sekretaris LPPM UNS Surakarta, yang menangani kerjasama antara UNS dan Yayasan Damandiri menjelaskan kegiatan kerjasama UNS-Damandiri pada awalnya adalah pemberdayaan sekolah unggulan, dan sekarang khusus pengembangan POSDAYA. Saat ini UNS bersama Pemda menggarap Kabupaten Pacitan. Dengan pendampingan mahasiswa perkembangan Posdaya di Pacitan sangat pesat. Daerah lain yang juga menjadi lahan kiprah pemberdayaan UNS adalah Kota Surakarta, Karanganyar dan sekarang Kabupaten Boyolali.

Di Boyolali perkembangan Posdaya menggembirakan. Setelah ada sosialisasi dari Prof.Haryono Suyono, Bupati Boyolali Bupati Boyolali Seno Samudra mencanangkan Posdaya Percontohan di 267 desa. Setiap desa satu Posdaya Percontohan. Sekarang ini (awal Desember 2011) tahap pertama telah selesai. Pemasyarakatan gerak Posdaya kemudian dilanjutkan dengan Pelatihan Kader Posdaya Tingkat Kecamatan yang sekarang sudah melakukan berbagai Lokakarya Mini di Tingkat Desa.

Awal kiprah kemitraan UNS dan Damandiri adalah pemberdayaan bidang pendidikan. UNS membangun sekolah unggulan antara lain SMA Ngadiraja dan SMA Punung, SMAN VII Surakarta, SMA Muhammadiyah I, SMA Negeri II Karanganyar,SMA Muhammadiyah I Karanganyar. SMA Negeri Ampel. Sekarang UNS fokus pengembangan Posdaya.

Kalau dulu ada Posyandu yang sekarang ibaratnya hidup enggan mati tak mau, dengan adanya Posdaya geraknya direvitalisasi. Sehingga disamping Bina Balita, sekarang juga ada Bina Lansia, Bina Remaja, Bina Cacat, juga Bina Ekonomi produktip. Dengan demikian kiprah Damandiri bersama mitra kerja meliputi semua kegiatan dalam aspek pendidikan, kesehatan, sosial budaya. Pemberdayaan ekonomi dan lingkungan.

“Dengan adanya POSDAYA kalau ada komitmen yang bagus antara Damandiri dengan Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Organisasi sosial kemasyarakatan, bersama masyarakat saya kira akan maju pesat. Terlebih dalam kondisi seperti sekarang ini sangat dibutuhkan adanya pendampingan dari Perguruan Tinggi.Sehingga kami merasa terpanggil, khususnya, sehingga UNS sekarang ini KKN di UNS diwajibkan kembali. Dahulu KKN merupakan pilihan. Sekarang wajib. Dengan 2011 KKN mulai menjadi wajib. Ditanya apakah akan difokuskan menjadi KKN Tematik Posdaya? Dijawab Iyya.

Dijelaskan sebelumnya UNS merencanakan adanya dua KKN, yaitu KKN Lokasi dan KKN Tematik Posdaya, namun kemudian UNS fokus pada KKN Tematik Posdaya dan KKN Tematik Posdaya. Di Boyolali KKN Tematik Posdaya berkembang menarik karena komitment Pemda sangat bagus antara lain mengalokasikan dana pendamping dari APBD. Dengan adanya dukungan dari Damandiri, mendorong daerah memacu kegiatan Posdaya antara lain untuk 2011 Pemda Kab.Boyolali telah mengalokasikan dana Rp.500 juta. “Demikian juga pertemuan Bapak Prof.Dr.Haryono Suyono dengan bank mitra yang ditunjuk Damandiri, yang mengalokasikan dana insentif untuk kader lewat bank mitra yang ditunjuk Damandiri, meski nilainya tidak besar akan menjadi penyemangat para kader,” tambahnya.

Harapan kedepan. POSDAYA melalui KKN Tematik Posdaya perlu dikembangkan ke desa2 lain. Kalau sementara ini hanya mengembangkan per desa satu Posdaya harus diperluas. Bertolak adanya MOU antara Ketua Yayasan Damandiri Prof.Haryono Suyono, Bupati Boyolali dan Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS) Prof.Dr.Ravik Karsidi M.S., mahasiswa UNS masuk Boyolali untuk melancarkan KKN Tematik Posdaya. Dengan demikian Posdaya akan semakin prospek pengembangannya. (H.NUR).

Drs.Dwi Tiyanto SH Pembantu Rektor III-

UNS:

KIPRAH DAMANDIRI TERTANAM DI

KEHIDUPAN MAHASISWA

Pembantu Rektor III-Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS) Drs.Dwi Tiyanto SH menyatakan bahwa keberadaan Yayasaan Damandiri sudah menyengat di hati masyarakat khususnya didalam kehidupan mahasiwa. Hal tersebut dinyatakannya menjawab pertanyaan Gemari tentang kesan dan tanggapan serta pengalaman bermitra dengan Damandiri yang dikomandani Prof.Dr.Haryono Suyono Ph.D .

“Pertama kami kami ucapkan Selamat Ulang Tahun kepada Bapak Prof.Haryono Suyono yang tanggal 6 Mei 2012 ber HUT ke 74, dengan doa Alloh selalu melimpahkan barokah sehat untuk Bapak beserta keluarga. Ucapan Selamat juga kami sampaikan bahwa Yayasan Damandiri sudah berusia 16 tahun (15 Januari 2012), yang selama ini memang keberadaanya sudah menyengat dihati masyarakat, khususnya didalam kehidupan mahasiswa. Harapan kami kedepan kinerja Yayasan Damandiri terus ditingkatkan utamanya kaitannya dengan kehidupan mahasiswa, karena selama ini seperti kita ketahui Damandiri telah memberikan bantuan kepada mahasiwa, tidak hanya berupa beasiswa kepada mahasiswa tetapi juga membina mengenai intrepreneurship mahasiswa. Yang jelas keberadaannya sudah bisa dirasakan masyarakat utamanya mahasiswa, seperti beasiswa bagi mahasiswa berprestasi,” ungkapnya.

Ditanya untuk meyakinkan jajaran civitas akademika bahwa KKN Tematik Posdaya baik dan perlu, Drs.Dwi Tiyanto SH menjelaskan bahwa untuk UNS mulai tahun 2011, telah mewajibkan mahasiswa untuk mengikuti KKN dengan bobot SKS yang telah ditentukan. Ditanya apakah akan diberi nama KKN Tematik Posdaya djawab “Betul. Betul. Apalagi sekarang sudah ada payung hukumnya. Jadi mau tidak mau mahasiswa wajib mengikuti KKN Tematik Posdaya. Untuk itulah sebabnya dalam mengantisipasi pendanaan, mulai Semester I mahasiswa diwajibkan untuk mengiur. Setiap satu semester Rp.100.000. Jadi nanti bertepatan si mahasiswa KKN, si mahasiswa tidak harus menambah banyak. Paling menambah sedikit untuk biaya hidup mereka sendiri.

Lebih rinci dijelaskan dalam Tridharma Perguruan Tinggi, Dharma yang ketiga adalah Pengabdian Masyarakat. KKN Tematik Posdaya adalah wujud nyata dari keikut sertaan mahasiswa didalam pengabdian masyarakat yang nyata. Diharapkan nanti bisa menggugah sumberdaya masyarakat yang ada, untuk selanjutnya dikembangkan/ditularkan ke yang lain. “Untuk mahasiswa tidak ada masalah karena kebetulan saya duduk di bidang kemahasiswaan. Pembantu Rektor III (PR III) yang menangani Bidang Kemahasiswaan. Jadi sejak mahasiswa semester pertama sudah kita arahkan yang terkait pemberdayaan masyarakat.

Untuk meyakinkan para dosen diakuinya gampang gampang susah. Namun sekarang dengan dimasukkannya Pancasila sebagai matakuliah wajib. Kemudian KKN merupakan kuwajiban. Kami mau tidak mau harus menyadarkan kepada para dosen utamanya dosen yang muda-muda. Karena kalau dosen yang lama-lama, dahulu sudah menangani KKN. Kalau dosen yang muda-muda ini yang belum. Dan alhamdulillah dosen yang muda-muda, cerdas dan mudah memahami. Artinya di era reformasi yang hebat sekarang ini mereka bisa diyakinkan bahwa KKN Tematik Posdaya “barang yang baik?”.“Betul betul,” jawabnya mengakhiri bincang-bincang dengan Knibonline. (H.NUR)

Dr. Illah Saillah, MS Direktur Pembelajaran

dan KemahasiswaanDitjen Dikti  : “Kesan

Saya Terhadap Sosok Pak Haryono Suyono,

Obor yang tak pernah padam.”

"Mungkin itu ungkapan yang pas untuk sosok pak Haryono Suyono (HS) ini. Obor
digunakan sebagai simbol semangat yang menggelora pada saat upacara pembukaan
kompetsi olah raga, begitu juga yang saya lihat di diri pak HS. Semangat yang
menggelora. Sampai saya bilang ke teman teman jika kita lagi lesu darah dlam
bekerja, lihatlah pak HS, pasti kita seperti HP yang low bat, dan penuh lagi karena
ada "charger". Kita akan malu jika kita lemes, tak berdaya, dalam usia produktif,
sementara pak HS dalam usia masuk lansia tetap bersemangat seperti layaknya anak
remaja usia 24 tahun (baru lulus perguruan tinggi)." 

"Mengapa saya mengaitkan pak HS dengan "semangat"?, alasanna karena semangat hidup,
semangat kerja, semangat mengabdi itu sangat penting untuk dimiliki oleh orang yang
hidup agar kreatif dan produktif sehingga bermakna bgi orang lain. Pak HS
mengobarkan 3 jenis semangat itu kepada saya, kepada teman2 di P2SDM IPB, dan kepada
seluruh masyarakat di Tanah Air. Bayangkan kalau hidup tanpa semangat? Bagaikan
lilin tanpa api, artinya bukan lilinnya yang paling penting tapi korek apinya yang
paling berharga. Itulah pak HS, bukan lilin yang menyala, tapi ia adalah korek api
yang dapat menyulut semua lilin yang sedang padam. Jika lilin telah menyala paling
tidak akan berguna untuk menerangi ruangan, anak-anak yang sedang belajar di malam
hari." 

"Pak HS adalah bapak pengobar semangat, dengan kata-katanya yang diucapkan, dengan
ide idenya buah pemikiran, dengan tangan terampilnya mampu mewujudkan ribuan posdaya
di tanah air kita. Saya harus memiliki semangat besar  itu, agar banyak orang yang
semakin berdaya dan berbudaya."

"Selamat ulang tahun pak Haryono, semoga Allah memberikan kemudahan bagi bapak dalam
berkarya demi anak bangsa Indonesia menjadi cerdas dan berprestasi."

"Kebersamaan dengan bapak selalu memberikan semangat baru bagi saya yang masih
belajar tentang hidup dan kehidupan." (Hnur)

Prof.  Haryono Suyono

Komunikator Hebat dan Pemimpin Visioner

Oleh  Dr. Ida Bagus P ermana (**)

Pertengahan tahun 2000, beberapa tahun setelah urusan KB diserahkan ke Pemerintah Kabupaten/Kota, banyak orang yang bertanya. “Apakah BKKBN sekarang masih ada atau sudah bubar?” Pertanyaan lain: “Mengapa Program KB tidak seperti dulu lagi?”

Memang, segera setelah kewenangan ditransfer ke daerah, Program Keluarga Berencana Nasional mengalami pelemahan yang luar biasa. Semua yang berbau Orde Baru ditinggalkan. Program KB salah satunya. Pemerintah Kabupaten/Kota tidak mempunyai pemahaman yang sama tentang betapa penting dan strategisnya Program KB bagi pembangunan SDM yang handal di masa depan. Padahal tidak dapat dipungkiri keberhasilan membangun SDM yang hebat adalah pra-syarat kemajuan bangsa di masa datang. Segera setelah desentralisasi Program KB di seluruh tanah air melemah karena pilar keberhasilan program masa lalu runtuh, yaitu: lembaga menjadi lemah, tenaga (petugas lapangan) tercerai berai, sarana prasarana tidak memadai, serta dukungan anggaran yang minimal.

Pertanyaan lain yang sering diungkapkan berkaitan dengan melemahnya Program KB pasca desentralisasi adalah: “Mengapa Program KB sekarang tidak seperti zamannya Pak Haryono Suyono?” Kalau “benchmark”nya Prof. Haryono Suyono, nampaknya tidak ada atau paling tidak sulit sekali mencari Kepala BKKBN yang bisa menyamai beliau. Prof. Haryono Suyono adalah komunikator yang luar biasa sekaligus pemimpin yang sangat visioner! Komunikator yang hebat karena sampai saat ini tidak banyak pemimpin yang bisa mengomunikasikan idea atau pemikiran baru yang sulit menjadi sesuatu yang mudah dicerna, gampang dipahami, serta dengan sangat meyakinkan.

Di samping itu, Prof. Haryono Suyono adalah seorang “visionary leader”. Pemikiran-pemikiran beliau jauh ke depan. Sedemikian jauh, sehingga apa yang beliau canangkan belakangan terbukti masih tetap hidup setelah dua atau tiga dekade kemudian. Pemikiran inovatif beliau semasa menjadi Kepala BKKBN seperti program ketahanan keluarga dan keluarga sejahtera sampai saat ini tetap sangat relevan.

Sebagai tokoh yang visioner, Prof. Haryono Suyono tidak pernah berhenti berfikir untuk mencari terobosan baru bagi kesejahteraan masyarakat. Ditunjang dengan kemampuan komunikasi yang hebat tadi, idea tentang peningkatan partisipasi masyarakat agar secara gotong royong mengentaskan diri dari berbagai masalah pembangunan (seperti tertuang dalam MDGs) beliau kumandangkan di mana-mana.  Saat ini POSDAYA yang beliau canangkan sekitar lima tahun yang lalu telah dikembangkan dan didukung oleh berbagai “stakeholders”, seperti Gubernur, Bupati, Walikota, kalangan Perguruan Tinggi (Negeri maupun Swasta), kalangan Perbankan, LSOM, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, dan lain sebagainya.

Secara pribadi beliau adalah guru saya, dalam arti luas dan arti sebenarnya. Secara programatis Prof. Haryono Suyono adalah guru kita semua. Secara pribadi, pada tahun 1970an Prof. Haryono Suyono adalah guru saya di Akademi Ilmu Statistik, Jakarta. Bahkan beliau (masih sebagai seorang Deputi di BKKBN) adalah Dosen Pembimbing dalam penyusunan skripsi di AIS, Jakarta. Tidak itu saja, beliau juga mendukung saya melanjutkan studi di Amerika untuk mengambil jurusan sama dengan beliau, yaitu sosiologi. Pada awal tahun 1990an, pada saat saya masih mengambil Program S3 Sosiologi di Florida State (USA) saya menemui beliau di Miami. Pada waktu itu, beliau diundang sebagai pembicara kunci (keynote speaker) di konferensi PAA (Population Asscociation of America). Di sela-sela kesibukan, beliau masih sempat memberikan briefing tentang kiat-kiat (tips) bagaimana memanfaatkan ilmu statisktik agar sukses mengambil bidang sosial (sosiologi), termasuk memanfaatkan ilmu “flowcharting” untuk lebih memetakan teori sosial. Terbukti saran-saran beliau sangat bermanfaat dan saya dapat menyelesaikan sekolah dengan baik.

Prof. Haryono Suyono memang luar biasa. Tidak banyak perubahan. Kalau berpidato, suara masih tetap lantang, masih seperti dua atau tiga dekade yang lalu. Dalam usia yang sudah semakin sepuh beliau masih tetap energik. Prof. Haryono Suyono selamat ulang tahun! Semoga Bapak panjang umur, sehat selalu dan senantiasa mendapat lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

 (**) Dr. Ida Bagus Permana : Direktur Pemaduan Kebijakan Pengendalian Penduduk, BKKBN, awalnya sebagai pegawai honorer KB di Bali tahun 1973 pindah ke BKKBN pusat tahun 1990. Istri: Ida Ayu Putu Widyaheni. Anak: 1 orang, Ida Bagus Wedagama.

HARYONO SUYONO, SANG INSPIRATOR

Oleh: INDARTATO, Bupati Pacitan

Di mata masyarakat Kabupaten Pacitan, Bapak Prof. Dr. H. Haryono Suyono, MA merupakan salah seorang sosok yang menjadi inspirasi diantara sederet nama tokoh lain yang berasal dari Kota 1001 Goa. Semangat kerja keras serta watak peduli kepada sesama yang ditunjukkan dalam beragam kegiatan berbasis masyarakat menjadikan beliau figur panutan bagi masyarakat Pacitan.

Segudang pengalaman baik dalam maupun luar negeri serta beragam posisi penting yang pernah beliau tempati di negeri ini rupanya tidak membuat beliau lupa terhadap kampung halaman. Sebaliknya, di usianya yang menginjak sepuh, justru semakin banyak karya yang beliau torehkan demi memberdayakan masyarakat. Tidak terkecuali di Kabupaten Pacitan.

Melalui Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) yang dikelolanya, mantan Menkokesra itu terus berjuang mengurangi angka penduduk miskin melalui program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Konsep yang terintegrasi dengan sejumlah sektor lain ini terbukti sukses diujicobakan di Kulon Progo, Sleman, Bantul Yogyakarta, dan Bualemo, Gorontalo. Pacitan pun tak luput dari sasaran program tersebut.

Konsep yang beliau gagas dan wujudkan melalui Posdaya sangat sejalan dengan program pembangunan Pemerintah Kabupaten Pacitan, dimana  salah satu fokusnya adalah pengentasan kemiskinan. Seperti harapan beliau, pengembangan Posdaya akan memicu kebersamaan sekaligus menjadi jembatan mengentaskan penduduk miskin yang masih berada pada angka 17 persen. Secara nasional hal ini juga menjadi salah satu target MDG’s.

Meski usianya relatif masih muda, namun Program Posdaya telah menunjukkan hasil menggembirakan. Ini ditandai bangkitnya sejumlah unit kelompok usaha mandiri yang berbasis ekonomi kerakyatan. Tentu saja, usaha mulia ini mendapat tanggapan positif warga masyarakat. Sehingga, dari waktu ke waktu masyarakat semakin memiliki kesadaran tinggi untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki.

Menyadari proses pengentasan kemiskinan harus melibatkan semua pemangku kepentingan, maka Program Posdaya yang dipelopori oleh Bapak Haryono Suyono sangatlah tepat dijadikan formula bagi upaya pengentasan kemiskinan di Kabupaten Pacitan. Tentunya, terobosan itu harus dipadu dengan kerja keras serta semangat kebersamaan dari segenap elemen masyarakat.

Bertepatan Hari Ulang Tahun Bapak Haryono Suyono ke 74, segenap masyarakat Kabupaten Pacitan turut mendoakan semoga Tuhan Yang Maha Esa senanatiasa melimpahkan kesehatan kepada beliau. Bimbingan dan wejangan beliau akan tetap menjadi lentera bagi perjuangan bersama untuk mewujudkan Masyarakat Pacitan yang Sejahtera. Amin Ya Rabbal Alamin. (Hnur)

HAJAH MUSLIMATUN DAMANHURI:

“SAMPAI SAAT INI SAYA BELUM

MENEMUKAN MENTERI SEHEBAT BAPAK

HARYONO SUYONO”

“Menurut saya sudah selayaknya Bangsa Indonesia ini bangga memiliki seorang Haryono Suyono. Beliau adalah sosok pejuang sejati apa yang dilakukan betul-betul demi rakyat Indonesia tidak pernah melihat dari golongan mana terus berkarya dan mengabdi kepada rakyat kecil. Pengabdiannya tidak pernah lekang oleh waktu dan tidak mengenal ruang dan waktu. Saya sampai sat ini belum pernah melihat seorang menteri yang sehebat dia,” tutur Hajah Muslimatun Damanhuri Ketua Forum Posdaya Sinduadi Kabupaten Sleman yang juga pemilik Rumah Sakit Ibu dan Anak “Sakinah Idaman”.

“Kalau boleh memberikan penilaian, betul-betul dari lubuk hati saya yang paling dalam kepada bapak kita ini (Haryono suyono) beliau itu pejuang yang betul-betul melihat hakekat manusia, tak mengenal lelah, tak mengenal ruang dan waktu. Saya mengenal beliau karena saya seorang bidan jauh sebelum menjadi menteri, beliau luar biasa perjuangannya tidak ada cacat sedikitpun di mata siapapun.”

“Beliau ini adalah sosok inspirasi, saya melihat pak Haryono itu tidak pernah surut terus berjuang, bahkan di usianya yang sekarah yang sudah lansia terus menyemangati. Beliau tidak berjuang untuk dirinya sendiri tetapi perjuangannya beliau itu membawa dampak memberdayakan masyarakat. Orang kalau ketemu beliau menjadi semangatnya timbul,” urai Muslimatun kepada KNIBonline disela-sela menolong seorang ibu melahirkan. Ditambahkan juga oleh Muslimatun,” kami sangat terinspirasi oleh Bapak Haryono sehingga kami Alhamdulillah pemberdayaan masyarakat (Posdaya)  yang dikenalkan beliau di Sinduadi sudah mulai berkembang dan memunculkan keluarga-keluarga mandiri. Harapan saya keluarga yang sudah mandiri ini bisa menolong keluarga lain bisa mandiri.”

Menyinggung Posdaya di Sinduadi ini, Muslimatun menyampaikan saat ini sudah berkembang tidak kurang 80 kelompok Posdaya. “Untuk Gemawang kami sudah punya 80-an kelompok. Kelompok ini sudah bisa mengakses pinjaman ke Bukopin sampai Rp 5 juta. Ohnya mas saya jadi teringat waktu Bapak haryono rawuh ke Sinduadi beliau menjanjikan Posdaya ini bisa pinjam ke Bukopin yang dua kali angsuran itu bisa dibebaskan dalam bentuk tabungan. Ini yang belum terrealisir,” demikian Muslimatun sedikit cerita tentang Posdaya di Sinduadi.

“Kembali ke Pak Haryono kenapa saya mengatakan Pak Haryono itu mengangkat harkat dan martabat manusia Indonesia. Jadi beliau itu tidak memandang ini orang kecil, sangat memperhatikan orang-orang kecil sekaligus juga diberdayakan dengan program pinjaman tanpa anggunan ini kan sangat mengangkat rakyat kecil. Seperti kita ketahui rakyat kecil ini kan tidak bisa pinjam bank karena harus dengan tanggungan dan akhirnya mereka lari ke bank plecit yang itu sangat memberatkan mereka. Dengan uluran tangan Pak haryono ini mereka yang tidak berdaya menjadi berdaya karena bisa pinjam dan tanggungannya tanggung renteng.”

“Satu lagi mas kehebatan Pak haryono ini dimanapun selalu melakukan pemberdayaan masyarakat. Beliau tidak sekedang omong tetapi membuktikan dan mencontohkan, tidak sekedar mendengar laporan saja tetapi juga turun sampai ke masyarakat lapisan bawah, melihat kemudian mengevaluasi besoknya seperti apa,” demikian Muslimatun mengakiri bincang-bincang dengan KNIBonline tentang kesan dan pesan kepada Bapak Prof. Dr. Haryono Suyono yang saat ini sebagai Ketua Yayasan damandiri pada 6 Mei merayakan ulangtahunnya. (Dn)


Hajah Badingah,Ssos

“Kesan Terhadap Bapak Haryono Suyono,

Beliau Cerdas, Brilian, mempunyai etos

kerja Tinggi”

Assalamu’alaikum WR WB,

‘’ Awalnya saya mengenal Profesor DR. Haryono Suyono, MA hanya sebatas lewat media, baik lewat televisi maupun berita yang dimuat oleh surat kabar’’. Saya tidak pernah membayangkan akan bertemu langsung dengan beliau atau bahkan akan bekerjasama dalam memberdayakan masyarakat, khususnya masyarakat Gunungkidul. Lewat media televisi maupun surat kabar tersebut saya mengenal sosok beliau sebagai seorang yang cerdas, brilian, mempunyai etos kerja yang tinggi, tidak kenal menyerah, bijaksana dan ahli strategi dalam mensukseskan suatu program. Contohnya adalah program Keluarga Berencana Nasional yang sukses menekan laju pertumbuhan penduduk Indonesia. Layaknya tokoh wayang Kresna, dengan cerdas beliau bisa mengatur strategi yang jitu sehingga program KB yang awalnya ditentang banyak pihak ternyata bisa menjadi contoh bagi negara-negara lain di Dunia untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di negara masing-masing. Setelah bertatap muka langsung, saya merasa semakin kagum dan hormat kepada beliau, disamping seperti yang diberitakan selama ini ternyata beliau orangnya sangat ramah dan ‘njawani’ sekali.

Meskipun beliau tidak lagi menjadi pejabat negara, tetapi yang semakin membuat saya kagum, beliau tetap mendedikasikan hidupnya untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia melalui yayasan DAMANDIRI. Beliau berjuang dan bekerja keras tanpa pamrih seperti biasa, dan sekarang beliau menggagas program POSDAYA yang ingin mensejahterakan masyarakat lewat pemberdayaan keluarga. Dengan usia yang tidak bisa dibilang muda lagi, tetapi dengan semangat yang melebihi anak muda, beliau “bergerilya” dari satu Kabupaten ke Kabupaten yang lain di seluruh Indonesia untuk mensukseskan program tersebut. Benar-benar seorang yang bisa mengubah ‘’loyang menjadi emas”.

Pertemuan saya dengan beliau, semakin memperkuat komitmen saya untuk membangun masyarakat dengan memberdayakan masyarakat itu sendiri. Karena menurut pendapat saya, salah satu solusi dari permasalahan untuk memperbaiki derajat kesejahteraan masyarakat adalah dengan pembangunan kualitas manusia, sebagai sumberdaya pembangunan. Dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh Pemda Gunungkidul maka kami menyadari bahwa kami perlu bekerja sama dengan berbagai pihak yang peduli dengan permasalahan tersebut. Oleh karenanya kami menyambut baik dan menerima ajakan kerjasama yang ditawarkan oleh Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (YDSM) yang diketuai oleh Prof. DR. Haryono Suyono, MA untuk membentuk dan mengembangkan Pos Pemberdayaan Keluarga (POSDAYA) di Kabupaten Gunungkidul. Jadi istilahnya ‘gayung bersambut’, kami butuh dukungan untuk peningkatan kesejahteraan, Yayasan DAMANDIRI menawarkan program POSDAYA.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan Selamat Ulang Tahun kepada Prof. DR. Haryono Suyono, MA yang ke-74, semoga panjang umur, selalu diberi limpahan rahmat dan kesehatan oleh Allah SWT amien…, ‘tetap semangat berjuang Pak!!! untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Salam hangat dari kami atas nama pribadi, keluarga dan masyarakat Gunungkidul.

Wassalamu’alaikum WR. WB.

DIMATA dr. RATNA PERTIWI TJAJA

BAPAK HARYONO ADALAH SEORANG

INOVATOR , INISIATOR DAN MOTIVATOR

SOSIAL

Saya mengenal Bapak Haryono sejak tahun 1972 di BKKBN. Pada waktu itu beliau baru pulang dari  Amerika Serikat setelah menyelesaikan studinya. Dalam perjalanan waktu semenjak beliau beada di BKKBN, belaiu melakukan suatu perubahan yang sangat bermakna kami keluarga yang ber- KB. Mengapa hanya program  KB saja yang digalakkan dengan berbagai cara ? Antara lain gugur gunung, bagaimana mengajak semua keluarga untuk ikut ber KB.Dengan  dua anak cukup . Apakah itu cukup ? Maka Keluarga Berencana berkembang menjadi NKKBS, Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.

Muncullah sebuah gagasan baru, membangun keluarga kecil bahagia melalui usaha ekonomi .  Yang sampai sekarang dikenal dengan UPPKS (Upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera). Semua keluarga peserta KB, baik peserta KB perempuan maupun peserta KB pria mendapatdan membuka tabungan di BNI  yang diawali dengan Rp 2000,-. Semua keluarga bisa meminjam uang untuk modal usahanya dalam bentuk kelompok kelompok keluarga Berencana. Tidak mudah dilakukan , tetapi ternyata bisa dilaksanakan. Ini adalah suatu rekayasa social yang positif. Sehingga dengan demikian diharapkan keluarga yang telah ber KB dapat meminjam dan mengembalikan  secara teratur pada waktunya. Memang pekerjaan yang berat bagi para PLKB (Petugas Lapangan KB), sambail mencari dan membina akseptor, juga harus membina keluarga yang meminjam uang dari Bank BNI. Tidak hanya ikut KB, tetapi keluarga digugah bahwa kalau menjadi akseptor harus mempunyai semangat untuk memperbaiki kehidupan keluarganya sehingga tercapai cita cita menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera. Ini adalah salah satu cara memotivasi keluarga untuk ikut KB dan ternyata sukses besar. Jumalh peserta KB makin banyak dan makin berkembang dimana mana sampai ditingkat perdesaan.

Sewaktu beliau menjadi Menteri Kependudukan dan Kepala BKKBN, dalam meningkatkan ketahanan keluarga, beliau menciptakan BKB ( Bina Keluarga Balita) , BKR (Bina Keluarga Remaja), BKL (Bina Keluarga Lansia) -beliau mencetuskan 8 fungsi keluarga yang sekarang masih dipertahankan dalam POSDAYA- Pos Pemberdayaan Keluarga- suatu upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga dibidang kependidikan, kesehatan dan ekonomi keluarga serta lingkungan hidup. Ini merupakan inovasi beliau dalam membangkitkan kegotongroyongan masyarakat dalam   pembangunan keluarga. Dapat disebut sebagai inisiator dalam family and community development.  Sebagai Ketua Yayasan Damandiri, komitmen Bapak Haryono masih konsisten sampai sekarang , “ MEMBERDAYAKAN KELUARGA.”

Dan sampai sekarang masih sebagai Pembina Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI) untuk keselamatan Ibu yang dikembangkan di Indonesia sejak tahun  1998.

SELAMAT ULANG TAHUN KE 74, SEMOGA PANJANG UMURDAN TETAP MENJADI INISIATOR  BAGI KELUARGA INDONESIA.

Salam hormat,

Ratna Pertiwi Tjaja,  

(Pensiun di Kementerian Pemberdayaan Perempuan. Jabatan terahir sebagai Deputi Kualitas Hidup Perempuan. Sebelumnya sampai tahun 2000 bekerja di BKKBN).

DR.Mulyono Dani Prawiro:   

BANGSA DAN NEGARA INDONESIA

BUTUH GAGASAN PROF.HARYONO YANG CEMERLANG

            Sudah 17 tahun saya mendampingi Bapak Prof. Dr. Haryono Suyono MA PhD, baik sebagai ajudan Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN, saat Bapak menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan (MENKOKESRA dan Taskin) dan  kini sebagai staf pribadi Bapak Haryono Suyono yang mengetuai Yayasan Damandiri. Saya banyak sekali mendapatkan ilmu yang sungguh luar biasa, baik tentang teori-teori maupun bagimana teori-teori itu diimplementasikan di lapangan. Saya banyak belajar dari beliau sehingga pengetahuan saya semakin bertambah.  Seperti yang sering saya tulis di berbagai media massa nasional, saya selalu mengutip ucapan-ucapan beliau, baik disampaikan pada saat beliau pidato maupun disampaikan secara langsung kepada saya.

            Bapak Prof. Dr. Haryono Suyono MA PhD bukan hanya memberikan pandangan-pandangan yang positif, tetapi juga mengajarkan bagaimana memperluas jaringan dan menghargai pendapat orang lain, sehingga saat ini saya secara pribadi memiliki teman yang luar biasa banyaknya. Hampir di seluruh propinsi di Indonesia ini saya mempunyai sahabat.  Pak Haryono bukan hanya sekedar memberikan ilmu, tetapi secara formal memberikan kesempatan kepada saya untuk melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang yang paling tinggi, yaitu pendidikan doktor. Kesempatan selalu beliau berikan, terutama terkait dengan pendidikan. Perhatian kepada keluarga pun selalu beliau curahkan. Pada saat  ada masalah keluarga, beliau selalu memberikan solusi dan jalan terbaik kepada saya dan keluarga.

            Sebagai ajudan menteri, khususnya saat beliau menjabat sebagai Menko Kesra dan Taskin, Dr.Mulyono Dani Prawiro ayah satu anak (Revita N Mulyandari buah hati pernikahannya dengan isteri tercinta Neneng L Fitriah) yang sekarang dipercaya sebagai Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri, selanjutnya menjelaskan ia bersyukur berkesempatan untuk pergi ke berbagai tempat, baik itu dalam negeri maupun keluar negeri. “Hampir seluruh daerah di Indonesia ini pernah saya kunjungan, itu semua berkat Bapak Haryono Suyono.  Saya teringat bahwa negara pertama yang saya kunjungi adalah Korea Selatan. Pada saat itu Pak Haryono diundang oleh Organisasi Dunia sebagai pembicara kunci pada Konferensi Internasional yang diadakan di kota Seoul, Korea Selatan. Bersama beliaulah saya mulai mengetahui negara-negara lain, sekitar 20 negara pernah saya kunjungi, mulai dari Korea, Jepang, India, bahkan sampai Amerika Latin dan Amerika Serikat pun pernah saya kunjungi, “ urai DR.Mulyono Dani Prawiro penuh syukur.

            Saya mendapatkan pengalaman yang sangat luar biasa, selama saya mendampingi beliau. Sampai saat ini hampir setiap minggu beliau pergi ke daerah, bahkan kadang-kadang 2 kali dalam seminggu. Saya kadang-kadang berpikir, semangat dan tenaga beliau masih sama dengan 20 atau 25 tahun yang lalu, pada saat beliau membangun program Keluarga Berencana di tanah air. Tidak pernah mengeluh dan tidak pernah merasa capek, semua dilakukan dengan ikhlas dan penuh kesungguhan. Pagi, siang sore hingga malam pun kadang-kadang tidak berhenti berkarya. Pada saat senggang, beliau pasti mempergunakan waktu senggang itu untuk duduk di depan komputer, dan menuangkan pikiran-pikirannya dalam bentuk tulisan dan disebarkan ke berbagai surat kabar nasional. Gagasan dan idenya sungguh luar biasa, sehingga membuat iri para generasi muda, dengan usia yang tidak muda lagi, kegiatannya masih menggebu. Hal ini bisa dilihat di Facebook pribadinya dan surat-surat kabar nasional.

            Tanggal 6 Mei tahun 2012 ini, pak Haryono Suyono genap berusia 74 tahun. Untuk itu sebagai staf pribadi atau ajudan pribadi, saya beserta keluarga mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke 74, semoga Bapak, Ibu, putra-putri, anak cucu dan seluruh keluarga mendapatkan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan selalu dalam keadaan yang sehat dan terus membantu memberdayakan keluarga-keluarga Indonesia yang sampai saat ini belum sejahtera. Bangsa dan negara ini sangat membutuhkan gagasan-gagasan yang cemerlang yang keluar dari pikiran Bapak. Sekali lagi Selamat Ulang Tahun, Tuhan Yang Maha Kuasa bersama Bapak dan keluarga. Amin. (H.NUR)


Sri Suryawidayati

Bupati Bantul yang Amanah

Bantul 29/3 2012 (KNIB) 8. -Sejak berhasil mengembangkan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di tiap-tiap dusun, Kabupaten Bantul selalu mengantongi banyak penghargaan sebagai kabupaten terbaik di bidang pemberdayaan masyarakat. Pasalnya, hanya butuh waktu 2 tahun, Kabupaten Bantul berhasil bangkit dari bencana alam dahsyat tahun 2006 yang memporakporandakan hampir seluruh isi Kabupaten Bantul. Kini, lewat kepemimpinan bupati perempuan bernama Sri Suryawidati, Kabupaten Bantul kian mempertajam Posdaya yang sudah tersebar di 933 dusun.

Kabupaten Bantul, beruntung memiliki sosok wanita seperti Sri Suryawidayati. Meski memiliki jabatan tinggi sebagai Bupati Bantul, Ida – panggilan akrabnya, tidak mengingkari kodratnya sebagai ibu yang harus selalu memberikan bimbingan kepada anak-anaknya. Juga sebagai isteri, harus mendampingi suami dan melayaninya. Ia juga merupakan wanita pertama di DIY menjadi pemimpin daerah.

Bupati terpilih priode 2010-2015 Kabupaten Bantul ini, pernah menjabat sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bantul selama 10 tahun, karena suaminya Idham Samawi pernah menjabat Bupati Bantul selama 2 priode ini juga selalu menanamkan kepada ibu-ibu di Bantul tidak boleh berpangkutangan pada suami, namun harus bisa berbuat untuk membantu suami maupun merawat anak. “Kaum perempuan punya peran penting dalam pembangunan dan kesempatan itu terbuka lebar,” tandas wanita kelahiran Jakarta, 26 Maret 1951.

Oleh karena itu, kata Ida, kunjungan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono memperkenalkan Posdaya, pasca terjadinya gempa bumi di Bantul 2006 silam, diterima Bupati Bantul saat itu, H Idham Samawi dengan sendikodhawuh (siap melaksanakan tugas). “Kami sangat respek dengan beliau. Karena pemikiran beliau brilian sekali. Pemikiran tentang pemberdayaan keluarga sangat luar biasa. Jangkauan pemikirannya sangat luas dan jauh ke depan. Seperti pemikiran Posdaya, karena dalam Posdaya ada pemberdayaan pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan (kebun bergizi). Di Posdaya, semua aspek itu ada,” ungkap ibu tiga anak dengan empat cucu ini menjelaskan.

Sebagai perempuan, Ida juga menyambut baik Posdaya karena kegiatannya banyak melibatkan kaum perempuan. “Bagaiman program ini bisa menyentuh masyarakat langsung dan mansyarakat menjadi mandiri. Harapan saya, kaum perempuan di Bantul menjadi perempuan mandiri yang percaya diri. Misalnya ada permasalahan suami meninggal atau suami di PHK, kaum perempuan sudah siap dengan kemandirian.’

Saat ini, bukan hanya 933 Posdaya yang telah terbentuk, tapi sudah mencapai 1.000 Posdaya. Tidak lagi satu dusun memiliki 1 Posdaya, tapi sudah berkembang 2-3 Posdaya. “Kami beri anggaran Rp 1 juta setiap dusun dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)  untuk mengembangkan Posdaya di dusun-dusun di Bantul. Alhamdulilah, sambutan dari masyarakat positif. Kabupaten Bantul menjadi percontohan dan banyak mendapat penghargaan.”

Bagi Ida, penghargaan bukanlah tujuan akhir. “Yang paling penting, masyarakat Bantul betul-betul menjadi sejahtera,” tegasnya.

Pertajam Posdaya

Saat terjadi bencana alam di Bantul, Bupati Bantul saat itu Idham Samawi, suaminya, memprogramkan 2 tahun selesai. Dalam waktu 2 tahun itu pula, masyarakat Bantul tidak ikut terpuruk, justru bangkit mengatasi bencana. “Alhamdulilah, dengan bantuan banyak masyarakat, baik dalam maupun luar negeri, dalam dua tahun itu selesai. Mungkin prosentasinya hanya beberapa persen yang belum. Bagaimanapun sudah mulai bangkit, yang penting semangat dari masyarakatnya,” ungkap Ida seraya mengakui semangat gotong royong, keuletan dan rasa kebersamaan yang kuat dari masyarakat Bantul.

Terlebih dengan adanya Posdaya. Perubahan yang dirasakan masyarakat Bantul sangat banyak. Sehingga Posdaya menjadi program prioritas Bantul. “Bagaimana pengentasan kemiskinan, pengangguran, pendidikan, kesehatan, pertanian. Kesehatan, pasar tradisional, semua itu menjadi satu kesatuan dalam wadah bernama Posdaya,” tegasnya.

Berbagai penghargaan diperoleh tidak hanya dari Yayasan Damandiri yang telah menganugerahkan Damandiri Award pada HUT Damandiri ke-16. Tapi juga dari beberapa instansi seperti Kamenterian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Kementerian Tenaga kerja dan Tranmigrasi dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Semua ini bukan hanya kerja bupati maupun SKPD, tapi kerja semua sektor, baik masyarakat, swasta dan pemerintah daerah.”

Pada masa jabatannya sebagai bupati, Posdaya akan lebih dipertajam. APBD juga merencanakan akan ada tambahan-tambahan  pinjaman bergulir bagi pengembangan Posdaya di tiap dusun. Untuk mempertajam itu semua, Kabupaten Bantul meluncurkan program Pembedayaan Ekonomi Keluarga Miskin (PEKM) kepada kelompok-kelompok Posdaya yang terdiri 10 – 15 orang, sebesar Rp 1 juta per kelompok.

“Program ini hampir sama dengan program baru Yayasan Damandiri yang memberikan kredit sebesar Rp 2 juta kepada 1 kelompok. Ini akan sangat membantu. Karena keterbatasan dana APBD yang ada pada kami, kalau ada bantuan dari manapun kami terima,” tukas Ida.

Menurut  Ida, dari 900.000 jiwa penduduk Bantul saat ini, ada sekitar 40.000 kepala keluarga yang miskin dan 30.000 pengangguran. IPM kesehatan Bantul pun masuk 5 besar di Indonesia. “Alhamdulilah. Bayangkan gempa waktu itu hancur luluh lantak, kita bisa bangkit seperti ini sudah disyukluri bersama.”

Batasi Pasar Modern

Di bidang ekonomi, Kabupaten Bantul memiliki ekonomi unggulan berupa pasar tradisional dan kerajinan. Mata pencarian penduduk Bantul, 42 persen adalah petani, 18 persen pasar tradisional dan 12 persen dalam bentuk kerajinan. Untuk menangani itu semua, Pemkab  Bantul membatasi pembangunan pasar-pasar modern, seperti Alfamart, indomar dan semacamnya dengan peraturan daerah. Jarak pasar modern dengan pasar modern pun harus 3 km.

“Kita upayakan seperti ini agar pedagang pasar tetap hidup dengan sejahtera. Kita berantas rentenir dengan memberikan permodalan. Di pasar ada bank-bank cabang yang bisa mendekatkan dengan pedagang pasar. Jadi mereka tidak terjerat rentenir dan memudahkan mereka mendekat dengan bank-bank.”

Meskipun begitu, tidak berarti investor asing tidak boleh masuk ke Bantul. “Investor asing boleh menanam saham, asalkan mereka  merekrut tenaga kerja Bantul. Jadi memudahkan perizinan bagi investor yang akan masuk ke Bantul tapi dengan tenaga kerja Bantul.”

Investor yang berhasil menyerap tenaga kerja Bantul sebanyak 1000 – 2000 orang, akan diberi kemudahan dalam mengurus perizinan. Bahkan yang bisa menyerap 3000 – 4000 tenaga kerja Bantul, Pemda Bantul menyewakan tanah buat investor asing dan mengurus perizinannya. “Dengan menghidupi warga Bantul, sebulan minimal Rp 1 juta gaji bagi tiap pekerja. Kita menyewakan tanah bagi mereka kan tidak mahal. Jadi kalau ada investor yang masuk, saya tanya, tenaga kerja yang akan dimanfaatkan berapa, kita bantu sepenuhnya supaya bisa mengentaskan pengangguran, otomatis kemiskinan teratasi.”

Selain itu, ada pula program dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi bekerjasama dengan Malaysia sebagai agen warga Bantul bekerja di Malaysia. Mereka bukan dijadikan pembantu, tetapi sebagai tenaga ahli atau tenaga terampil kerja di pabrik.  “Kami kerjasama  dengan Malaysia tidak mengambil untung. Kita yang mengantar ke sana untuk menengok tempat kerja, fasilitas, keamanan dan keadaan sosial selama bekerja di Malaysia. Biasanya orang mau kerja  itu bayar. Kita pinjami mereka Rp 6 juta dari bank di Bantul, nanti mereka cicil dari gajinya.”

Suami lebih sibuk

Ibu yang telah dikarunia 4 cucu ini mengaku, dirinya menjadi Bupati Bantul tak lepas dari keberhasilan suaminya menjadi bupati selama 2 periode, sehingga masyarakat memberikan amanah menjadi bupati agar pembangunan di Bantul dapat berkesinambungan. “Masyarakat ingin apa yang telah berhasil dibangun Pak Idham diteruskan oleh saya,” tandasnya.

Dengan menjadi Bupati, Ida mengaku sangat berdosa jika tidak mampu melaksanakan amanah yang diberikan oleh masyarakat meski terkadang berat juga ketika ada anak atau suami sedang sakit. “Pak Idham selain sebagai staf ahli khusus saya, tapi beliau sekarang kembali ke Harian Kedaulatan Rakyat (KR). Habitatnya dulu sebelum jadi bupati,” cetusnya.

Selain sebagai pendiri surat kabar yang menjadi bacaan wong Yogya, Idham Samawi juga penasihat di surat kabar tersebut. “Ngantornya tiap selasa di KR yogya, Jumat pagi di KR Jakarta. Sebelum jadi bupati, Pak Idham wakil direktur utama KR, juga di DPP PDIP sebagai salah satu ketua bidang keanggotam, kaderisasi dan rekrutmen,” jelas Ida.

Boleh dibilang, suaminya saat ini tugasnya malah lebih banyak dan lebih sibuk. Seringkali, ia harus ditinggal suaminya selama beberapa hari untuk bertugas di Jakarta. “Di rumah, saya sebagai seorang isteri. Kalau pergi harus pamit cium tangan suami. Saya masih menyediakan baju yang mau dipakai. Kalau berangkat ke luar kota masih menata koper. Ini suatu tugas yang mulia,” ungkapnya. RW

PENEGAKAN HUKUM SATU PEKERJAAN YANG MEMBUTUHKAN PEMIKIRAN KONPREHENSIF

 

*) Keterangan foto : Kajari Kota Yogyakarta Sukardi, SH.

Yogya 29 01 2012 (KNIB) 7. – Kajari Kota Yogyakarta Sukardi, SH menilai di dalam penegakan hukum adalah satu pekerjaa yang membutuhkan Satu pemikiran yang konprehensif, artinya sebagai penegak hukum di dalam menegakkan hukum harus berdasarkan fakta dan hati nurani. “Di sini ketika kita mau menuntut seseorang tidak hanya sekedar melihat faktanya namun juga harus menggunakan hati nurani,” ungkapnya.

Lebih jauh dijelaskan kajari, soal fakta dan hati nurani di dalam penegakan hukum bahwa, di sini kadang – kadang ada sementara orang yang belum atau kurang memahami ketika ada satu perbedaan tuntutan atau putusan satu perkara yang kelihatannya sama namun sebetulnya ada perbedaan baik modusnya atau akibat dari perkara itu sendiri.

“Untuk lebih jelasnya ada satu kasus pencurian yang dijerat pasal 362 KUHP di satu perkara dituntut 5 bulan dan pasal yang sama dituntut 3 bulan,  kenapa? Itu sama- sama pencurian yang satu di tuntut 5 bulan yang satu lagi dituntut 3 bulan,” bebernya.

Terhadap persoalan beda putusan itu lanjut Sukardi, bisa dijelaskan bahwa pencurian itu ada pencurian yang disebabkan oleh perilaku si pencuri itu sendiri atau memang dari rumah niatnya mau mencuri di putus 5 bulan. Sedang yang di putus 3 bulan si pencuri tidak ada niatan untuk mencuri. “ Niatan dari rumah untuk berangkat kerja atau yang lain mendadak di jalan melihat barang di pinggir jalan yang tidak ada pemiliknya sehingga dia tergerak untuk mengambil barang itu. Dalam aspek ini hati nurani penegak hukum bicara ooo ini kejahatan yang direncanakan ooo ini kejahatan yang mendadak sifatnya. Kita melihatnya dari sebab akibat sehingga di dalam memutuslkan perkara harus menggunakan hati nurani tidak sekedar penerapan pasal KUHP saja,” Demikian Sukardi.

Sementara orang yang tidak memahami, lanjutnya, bisa protes itu dihukum 5 bulan yang ini kok Cuma 3 bulan  padahal sama – masa mencuri. “ Hal itu bisa saja terjadi padahal kita yang mendalami permasalahan sehingga memutuskan hukuman yang berbeda yaa karena pertimbangan hati nurani dan sebab akibat pencurian tadi.”

Kemudian alasan lain kenapa bisa hukuman berbeda. “Yang diputus 5 bulan itu mungkin barangnya yang di curi sudah habis dinikmati sedangkan yang diputus 3 bulan barangnya masih utuh masih bisa kembali ke pemiliknya artinya kerugian belum ada barang masih bisa kembali ke pemiliknya,” Jelas Sukardi sambil di tambahkan bahwa penegakan hukum yang seperti itulah yang menggunakan pemikiran konprehensif berdasarkan fakta dan hati nurani.

Di dalam menjalankan tugas sebagai penegak hukum Sukardi juga mengalami kendala, misalnya kalau pelakunya anak – anak terutama anak sekolah. “ Saya pernah menyidangkan perkara tawuran anak sekolah. Ada salah seorang orang tua si pelaku protes kenapa kok disidangkan pas anak sekolah atau pas jam pelajaran. Kita juga tidak bisa mengabulkan permintaan protes itu karena kita  juga terikat jam kerja namun saya anggab hal ini biasa masyarakat maunya A padahal peraturannya B. Seperti diketahui kita berhadapan dengan banyak karakter masyarakat alasanya macam-macam. Seribu kejahatan ya seribu alasan, seribu modus dan seribu kemauan, itulah asiknya berpikir konprehensif.

Kasus Korupsi Di Kota Yogya Tidak Begitu Menonjol

Terhadap kasus korupsi di Koya Yogyakarta, Sukardi mengungkapkan kalau jajarannya di dalam menyidangkan kasus korupsi juga sering dilakukan namun perkara korupsinya tidak ada yang menonjol relatif kecil-kecil hanya ratusan juta saja mungkin karena APBD-nya relatif kecil.

“Kami sangat hati-hati di dalam mengungkap perkara korupsi. Mengenai perkara itu tidak bisa hanya sekedar asumsi, anggapan orang luar, data LSM atau kelompok peduli anti kosupsi. Kadang setelah kita cermati dan kita dalami apa yang sudah menjadi keyakinan sekelompok orang itu namun secara aspek hukum tidak masuk alias tidak bisa dituntut,” jelas Sukardi yang sudah memiliki pengalaman pekerjaan penegakan hukum puluhan tahun ini.

Melihat fakta hukum ini Sukardi mengumpamakan ibarat kacamata dan frimnya atau bingkainya. “ Hukum ibarat frim kacamata, sedang kacanya adalah perbuatannya. Untuk lebih jelasnya pada suatu saat kacamata sebelah saya ini pecah sehingga saya pergi ke tukang kaca untuk mengganti kaca yang pecah ini. Pas sampai di tukang kaca frim lupa saya bawa. Setelah pilih – pilih saya yakin seyakin – yakinnya kalau ada kaca yang cocok dengan ukuran frim kaca saya. Begitu sampai di rumah ternyata kalau tidak kegedean ya kekecilan padahal di optik tadi kita yakin betul kalau cocok karena saya sendiri yang punya. Demikian juga dengan fakta hukum bahwa seseorang yakin betul kalau dia masuk jeratan hukum, namun setelah kita cocokkan dengan pasal dalam UU ternyata gogrok atau tidak pas. Sehingga asumsi atau anggapan itu belum bisa di jadikan untuk menuntut seseorang ke pengadilan dasarnya adalah faktual atau kaca tadi harus betul-betul di pasang oleh seorang ahlinya,” paparnya.

 Kalau kita tidak hati – hati Menurut Kardi bisa –bisa kita sudah terlanjur menangani dan tidak terbukti keluarga sudah menanggung malu. “Hati nurani kita tidak mau seperti itu. Belum apa – apa keluarganya sudah menderitasudah dihukum . Hukum dari siapa tidak jelas hanya karena asumsi orang banyak.” (Dn)

PIDATO PROF. DR. HARYONO SUYONO SELAKU KETUA UMUM PWRI TERPILIH 2011 – 2016 MELALUI MUNAS PWRI XII TAHUN 2011

6. Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Yang saya hormati Para Senior dan Penasehat PB PWRI,

Yang saya hormati Ketua Umum PWRI 2006-2011,

Para Mantan Pengurus PWRI yang saya hormati,

Hadirin yang berbahagia.

Dengan diiringi puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa perkenankanlah saya menghaturkan hormat dan terima kasih yang setinggi tingginya atas kesempatan untuk diundang dan akhirnya diberikan kepercayaan untuk mendharma bhaktikan sisa umur dan kemampuan saya mendampingi rekan-rekan para purnawirawan pegawai negeri dan rekan-rekan lain yang tergabung dalam organisasi besar PWRI. Kesempatan ini saya anggap sebagai amanah dan sekaligus suatu kehormatan yang luar biasa karena beberapa alasan.

Pertama, saya haturkan bahwa saya tidak pernah mimpi menjadi Ketua Umum organisasi yang saya tahu telah memberikan rasa bangga kepada rekan-rekan purnawirawan pegawai negeri karena organisasi ini selalu mencitrakan ketulusan dari seluruh mantan aparatur negara yang setia kepada Negara Kesatuan RI dan bangga menyatakan kesediaannya untuk tetap berjuang mempertahankannya sampai titik darah yang penghabisan. Organisasi ini sejak didirikan pada tahun 1962 dipimpin oleh tokoh-tokoh nasional Almarhum Dr. Sutardjo Kartohadikusumo, mantan anggota Volkstraat atau DPR, Bapak Mr. Besar Mertokusumo, anggota Delegasi RI ke Konperensi Meja Bundar, Bapak Sudiro, mantan Gubernur DKI Jakarta, Bapak Warsito Puspoyo SH, mantan anggota DPR RI, yang sampai sekarang tetap aktif sebagai Ketua Dewan Penasehat PWRI, terakhir Bapak Ruchadi yang kita ketahui kepempinannya tidak kalah gigihnya.

Kedua, biarpun banyak anggota PWRI telah mendharma bhaktikan seluruh hidupnya untuk mengelola dan mengembangkan republik tercinta ini dengan tulus dan sungguh-sungguh, PWRI tidak banyak menuntut kepada pemerintah, yang kini dikelola oleh saudara, adik, anak dan cucu atau teman sejawatnya, berupa fasilitas dan penghargaan yang berlebihan.

Ketiga, dalam lingkungan kemasyarakatan saya melihat banyak purnawirawan pegawai negeri, bumn, atau lainnya, yang aktif dalam PWRI atau yang belum aktif, telah kembali ke masyarakat dan secara spontan diangkat menjadi pimpinan atau panutan oleh masyarakat sekitarnya tanpa menuntut balas atau posisi yang berlebihan. Banyak pula yang dengan tulus menjadi anggota masyarakat biasa membantu pemimpin kelompoknya, yang mungkin saja di masa lalu adalah bawahan atau anggota kantor tempat bekerjanya, bahkan anak bimbingan yang telah diasuh dengan penuh kasih sayang.

Keempat, kita juga harus akui bahwa ada juga kekecewaan karena langkah-langkah dan kebijakan yang pernah kita ambil di masa lalu ada yang dianggap tidak benar, dan tanpa melihat latar belakangnya langsung  diganti. Lebih menyakitkan lagi penggantian itu disertai caci maki yang tidak pantas. Tetapi sebagai sesepuh bangsa, PWRI tidak pernah mengadakan gerakan protes atau menggelar tentangan yang merepotkan pemimpin-pemimpin bangsa besar yang menghadapi banyak tantangan dewasa ini.

Hadirin yang berbahagia,

Semenjak saya mendapat kunjungan silaturahmi para senior PWRI dari Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan lainnya, menceriterakan kegiatan PWRI dalam berbagai bidang, termasuk mengikuti undangan kegiatan PWRI dalam bidang koperasi, hati saya tergetar dan sebagai purnawirawan pegawai negeri merasa ikut gembira dan bangga. Ternyata para sesepuh yang telah berjuang bertahun-tahun sebagai pegawai negeri atau pegawai BUMN bergerak dalam banyak bidang pembangunan dan tidak hanya mengurus kepentingannya sendiri saja. Sebagai organisasi besar PWRI mampu mendampingi pemerintah dan rakyat Indonesia melanjutkan pembangunan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Pada waktu para sesepuh itu mengajak saya bergabung dalam kepengurusan PWRI, jawaban saya spontan yaitu perlu penjajagan apakah keikut sertaan saya akan menambah semarak organisasi besar yang telah berkembang dengan baik. Saya secara khusus mohon agar dijajagi kegunaan saya bergabung sebagai pengurus, apalagi dipertimbangkan sebagai Ketua Umum. Secara khusus saya mohon agar kesediaan Ketua Umum periode 2006 – 2011 dijajagi lagi untuk melanjutkan pengabdiannya dalam masa jabatan yang kedua. Saya tidak menerima dan tidak menolak karena bagi saya jabatan bukan lagi suatu keinginan atau cita-cita melainkan amanah untuk sebesar-besar kepentingan organisasi dan kemanfaatannya untuk masyarakat luas.

Saya makin terkejut dan merasa mendapat kehormatan, biarpun dalam istilah politik bisa disebut sebagai tekanan, tatkala Ketua Umum lengkap dengan beberapa Ketua PWRI Cabang beramai ramai datang ke kantor saya untuk “meminang” saya bergabung dalam kepengurusan PWRI. Saya sekali lagi memohon kepada Ketua Umum untuk mempertimbangkan kesediaan beliau untuk masa jabatan berikutnya, bahkan kalau keputusan itu diambil pada detik-detik terakhir, saya yakinkan bahwa saya tidak akan merasa gundah atau menyesal. Sikap saya yang sama saya ulangi tatkala saya diundang untuk menyaksikan persiapan Munas dikantor PWRI di Jakarta.

Dengan sikap itu nampaknya Ketua Umum dan para anggota tetap mengharapkan saya ikut membantu PWRI. Dengan catatan yang saya uraikan diatas, kepercayaan itu saya terima dengan penuh tanggung jawab. Sungguh mengharukan bahwa permintaan dan rekomendasi pengurus itu Saudara-saudara kukuhkan pada Konggres yang mulia ini.

 Sebagai manusia biasa saya tidak berani berjanji apapun kecuali dengan partisipasi dan kerjasama yang kompak segerap anggota, pengurus daerah dan pengurus pusat, saya mengajak, mengusulkan arahan, mendorong, mendampingi dan bersama Saudara sekalian berjuang untuk kepentingan organisasi, seluruh anggota dan keluarganya, untuk kejayaan dan citra pegawai negeri dan pensiunannya, dalam persatuan, kesatuan, kebesaran dan kemakmuran seluruh bangsa yang kita cintai. Saya mengajak Saudara sekalian, yang selama ini menjadi abdi negara dan abdi masyarakat selaku pegawai negeri, setelah pensiun, tetap berjuang bersama rakyat banyak, dalam sikap ing ngarso sun tulada. Mendampingi rakyat berani mengambil prakarsa pembangunan. Apabila masyarakat sudah siap, tidak segan-segan mundur selangkah dengan penuh kasih sayang bersikap dan bertingkah laku ing madya mangun karsa, memberi dorongan moril agar kegiatan kemasyarakatan berlangsung dengan mulus. Apabila masyarakat sudah sangat siap, segera mengambil sikap legowo penuh tanggung jawab tut wuri handayani tanpa harus mengganggu, mengkritik tanpa sebab, atau menghalangi penemuan, inovasi dan cara-cara mengelola bangsa dan negara yang dianggap lebih cocok dengan jamannya.

            Karena itu saya mengajak kawan-kawan pengurus, pusat dan daerah, untuk bersama-sama membangun budaya kebersamaan dan dinamika yang tinggi dalam lingkungan internal dan membawa semangat itu ke lingkungan saudara-saudara, adik atau anak-anak kita yang masih aktif, yang bergabung dalam Korpri atau organisasi kepegawaian lain, untuk ikut menumbuhkan semangat profesionalisme dan pengabdian kepada tanah air, nusa dan bangsa. Kesediaan berbagi itu kiranya disertai motivasi untuk saling menghargai diantara sesama pencinta negara kesatuan RI dengan harapan menumbuhkan cinta kasih dan komitmen untuk tetap memelihara dan memajukannya sampai akhir jaman.

Karena itu, dalam kepengurusan ini budaya cinta kasih itu akan kita terjemahkan melalui berbagai program yang pokok-pokoknya telah Saudara-saudara susun bersama. Putusan atas pokok-pokok program itu akan saya jadikan pedoman utama dengan memberi tekanan dan prioritas utama pada upaya melanjutkan kerja keras memperjuangkan kelembagaan organisasi melalui mantabnya peraturan atau dasar hukum yang menjamin kelangsungan hidup organisasi. Disamping itu, bersama seluruh pengurus pusat dan daerah, akan kita lanjutkan pemantaban konsolidasi organisasi yang langkah-langkahnya telah digariskan bersama dalam Munas ini.

Dalam rangka konsolidasi tersebut, saya mengharapkan pengurus cabang di daerah mempergunakan kesempatan tahun pertama kepengurusan ini, disamping merapikan koordinasi dan dinamika internal, bergerak juga ke luar memperluas jaringan dengan mengajak rekan-rekan dalam lingkungan Korpri atau pegawai yang masih aktif, menggalang kebersamaan melalui pertemuan atau kursus-kursus untuk mempersiapkan anggota memasuki masa pensiun. Melalui kursus atau pertemuan semacam itu, saya mengajak Saudara sekalian menyampaikan pengalaman kepada adik-adik yang mulai menginjak usia 50 tahun agar melakukan persiapan-persiapan secara dini guna menghindari kekecewaan dan hal-hal yang mengejutkan pada waktu memasuki masa pensiun.

Untuk itu, secara tahap demi tahap, di tingkat pusat dan cabang-cabang, saya mengajak Saudara sekalian mendirikan apa yang di negara maju, seperti Jepang, disebut sebagai Silver College yang “mahasiswa”nya adalah warga atau pegawai yang rambutnya sudah mulai berkilat seperti perak atau emas. Melalui Silver College tersebut kita mengajak pegawai yang memasuki usia 50 tahun dan anggota PWRI untuk “kembali ke bangku kuliah” guna mempersiapkan karier, masa emas atau masa bhakti yang kedua.  Melalui College tersebut dikembangkan kemampuan, misalnya dalam agama, seni,  budaya, pendidikan dan ketrampilan, wira usaha dan kecintaan terhadap lingkungan, guna meningkatkan kesejahteraan dan bekal memasuki masa keemasan kedua menurut pilihan yang lebih bebas. Pilihan kedua tersebut harus bertujuan ganda, kenikmatan dan kesejahteraan masa tua serta amal ibadah yang diridhoiNya untuk menghadap Sang Khalik.

DI TANGAN AHMAD DAHLAN BATAM TERUS BERBENAH

5. Drs H Ahmad Dahlan walikota Batam bersama wakilnya H Rudi SE MM di era kepemimpinannya yang ke dua kalinya ini berupaya mewujudkan Batam menjadi bandar dunia yang madani dan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional dengan menjadikan Batam sebagai pusat kegiatan industri, perdagangan, pariwisata, kelautan dan alih kapal.

Kota Batam adalah salah satu kotamadya di Provinsi Kepulauan Riau. Pusat kotanya terkenal dengan istilah Batam Center. Kota ini terdiri atas 12 kecamatan. Ketika dibangun pada tahun 1970-an awal kota ini hanya dihuni sekitar 6.000 penduduk, namun kini telah berpenduduk 713.960 jiwa. Kota Batam merupakan sebuah pulau yang terletak sangat strategis di sebelah utara Indonesia dan terletak di jalur pelayaran internasional.

Masyarakat Kota Batam merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari beragam suku dan golongan. Dengan berpayungkan budaya melayu dan menjunjung tinggi Bhinneka tunggal ika, Kota Batam kondusif dalam usahanya mendukung kegiatan ekonomi, sosial politik serta budaya dalam masyarakat. Kota ini memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cenderung stabil. Dalam kurun waktu tahun 2001 hingga tahun 2005 memliki rata-rata 6 persen pertahun. Kota Batam dengan segala kelebihan dan kekurangannya saat ini telah menjadi kota metropolis. Harapan masyarakat Batam pada khususnya dan Bangsa Indonesia pada umumnya untuk menjadikan Batam sebagai lokomotif pembangunan Indonesia, telah menggerakkan kita untuk ikut serta dalam pembangunan, yang pada akhirnya Kota Batam dapat mewujudkan misinya menuju bandar dunia yang madani. Pulau Batam dihuni pertama kali oleh orang melayu dengan sebutan orang selat sejak tahun 231 Masehi. Pulau yang pernah menjadi medan perjuangan Laksamana Hang Nadim dalam melawan penjajah ini, digunakan oleh pemerintah pada dekade 1960-an sebagai basis logistik minyak bumi di Pulau Sambu. Kota Batam memiliki banyak sekolah negeri dan swasta mulai dari tingkat SD hingga SMA. Karena tidak adanya universitas negeri, perguruan Tinggi swasta banyak bermunculan di kota ini seperti Universitas Internasional Batam (UIB), Universitas Batam (Uniba), STIE Ibnu Sina, STT Bentang Betara, STT Bentara Persada, Universitas Riau Kepulauan (Unrika) dll. Kota yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau ini memiliki luas wilayah daratan seluas 715 km² atau sekitar 115% dari wilayah Singapura, sedangkan luas wilayah keseluruhan mencapai 1.570.35 km². Kota Batam beriklim tropis dengan suhu rata-rata 26 sampai 34 bderajat celsius. Kota ini memiliki dataran yang berbukit dan berlembah, serta tumbuhan bakau pada garis pantai, yang semuanya merupakan karakteristik geografis kota. Masyarakat Kota Batam merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari beragam suku dan golongan. Dengan berpayungkan budaya melayu dan menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika, Kota Batam menjadi kondusif dalam bergeraknya kegiatan ekonomi, sosial politik serta budaya dalam masyarakat. Hingga tahun 2006, Batam telah berpenduduk lebih dari 700.000 jiwa dan memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cenderung stabil. Dalam kurun waktu tahun 2001 hingga tahun 2005 memliki angka pertumbuhan penduduk rata-rata 6 persen pertahun. Pada dekade 1970-an, dengan tujuan awal menjadikan Batam sebagai Singapura-nya Indonesia, maka sesuai Keputusan Presiden nomor 41 tahun 1973, Pulau Batam ditetapkan sebagai lingkungan kerja daerah industri dengan didukung oleh Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam atau lebih dikenal dengan Badan Otorita Batam sebagai penggerak pembangunan Batam Seiring pesatnya perkembangan Pulau Batam, pada dekade 1980-an, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1983, wilayah kecamatan Batam yang merupakan bagian dari kabupaten Kepulauan Riau, ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Batam yang memiliki tugas dalam menjalankan administrasi pemerintahan dan kemasyarakatan serta mendudukung pembangunan yang dilakukan Otorita Batam. Di era Reformasi pada akhir dekade tahun 1990-an, dengan Undang-Undang nomor 53 tahun 1999, maka Kotamadya administratif Batam berubah statusnya menjadi daerah otonomi yaitu Pemerintah Kota Batam untuk menjalankan fungsi pemerintahan dan pembangunan dengan mengikutsertakan Badan Otorita Batam. Kota Batam dalam perkembangannya dilengkapi oleh fasilitas-fasilitas dasar yaitu fasilitas air bersih yang dikelola pada waduk-waduk penampungan air dengan total kapasitas produksi 1.357 liter/detik dan ketersediaan pasokan energi listrik di Kota Batam dilakukan melalui pembangkit listrik tenaga diesel dan tenaga gas yang menghasilkan daya 450,687 KVA. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, fasilitas pendidikan telah tersedia mulai dari jenjang taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah hingga tingkat perguruan tinggi. Terdapatnya fasilitas kesehatan berupa rumah sakit milik pemerintah, rumah sakit swasta serta puskesmas, maka pelayanan kesehatan bagi masyarakat dapat terpenuhi. Akses menuju Kota Batam sangat mudah. dengan adanya pelabuhan laut domestik dan internasional serta didukung oleh Bandar Udara Internasional Hang Nadim memberikan daya tarik dalam kunjungan yang datang maupun keluar dari Kota Batam. Transportasi dalam kota pun didukung dengan keberadaan taksi, minibus serta bus kota yang melayani masyarakat dalam beraktivitas. Sebagai kota metropolis, bus pilot project sedang diujikan guna mewujudkan sistem transportasi massal yang aman dan nyaman di masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi Kota Batam yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional menjadikan wilayah ini andalan bagi pemacu pertumbuhan ekonomi secara nasional maupun bagi Provinsi Kepulauan Riau. Beragam sektor penggerak ekonomi meliputi sektor komunikasi, sektor listrik, air dan gas, sektor perbankan, sektor industri dan alih kapal, sektor perdagangan dan jasa merupakan nadi perekonomian kota batam yang tidak hanya merupakan konsumsi masyarakat Batam dan Indonesia tetapi juga merupakan komoditi ekspor untuk negara lain. Keberadaan kegiatan perekonomian di Kota ini juga dalam rangka meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kota Batam sebagai pelaksana pembangunan Kota Batam bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat daerah Kota Batam serta keikutsertaan Badan Otorita Batam dalam meneruskan pembangunan, memiliki komitmen dalam memajukan pertumbuhan investasi dan ekonomi Kota Batam, hal ini dibuktikan dengan adanya nota kesepahaman ketiga instansi tersebut, yang kemudian diharapkan terciptanya pembangunan Kota Batam yang berkesinambungan. Kota Batam sebagai kota pariwisata, menyajikan aneka bentuk sarana wisata yaitu wisata laut dan pantai, wisata seni dan budaya, wisata belanja, wisata ekonomi dan konferensi, serta wisata kemanusiaan. Didukung oleh tersedianya fasilitas hotel dan resort dengan standar berkelas internasional serta aneka peristiwa yang disusun dalam Kalender Kegiatan Kepariwisataan Kota Batam sehingga diharapkan dapat menjamin kenyamanan dan kepuasan wisatawan domestik maupun mancanegara dalam berkunjung ke Kota Batam. (Rds***)

APBD UNTUK RAKYAT

4. Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo, dalam mengemban tugas memiliki  visi misi yaitu melalui APBD Jatim berupaya  mewujudkan kemakmuran wong cilik atau dengan kata lain APBD untuk rakyat, demi wong cilik korupsi harus diberantas.

Untuk mewujudkan hal itu Soekarwo menekankan adanya keteladanan kepemimpinan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan. Ini untuk mewujudkan pemerintahan yang efektif dan efisien, manusiawi, serta bermartabat dalam bingkai kepatuhan terhadap hukum.

Saat ini Upaya untuk menekan angka pengangguran dan mengurangi kemiskinan terus dipacu melalui pertumbuhan ekonomi yang signifikan. “Salah satu cara untuk memacu pertumbuhan ekonomi tersebut adalah dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif. Berbagai upaya yang perlu dilakukan adalah memberi jaminan kemudahan berinvestasi. Di antaranya melalui penyediaan lahan, power plant listrik, perizinan yang cepat dan tenaga kerja yang demokratis,” ujar Soekarwo.

Gubernur juga mengajak masyarakat agar terus kreatif mengembangkan inovasi dan mencari terobosan dalam menghadapi persaingan di era global. Namun tentu harus selalu dilandasi akhlak dan budi pekerti luhur, serta iman dan taqwa pada tuhannya. (***)

WALIKOTA BLITAR M. SAMANHUDI ANWAR, SH SEDIKIT BICARA BANYAK KERJA

Blitar, 1/11 (KNIB) 3. –Namanya barangkali belum populer di jagat birokrasi Indonesia. Namun tanpa perlu popularitas, gaya “berjalan dan berlari” M Samanhudi Anwar dalam memimpin Kota Blitar, Jawa Timur, telah membuahkan sejumlah prestasi. Sebuah pencapaian yang terbilang progresif dari kepala daerah yang baru dilantik pada 8 Maret 2010 lalu.

Di era Samanhudi,Kota Blitar dinobatkan sebagai daerah dengan tata kelola ekonomi dan infrastruktur terbaik di Indonesia versi Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) pada Juni 2011 kemarin. Hal ini menunjukkan Samanhudi sedikit bicara banyak kerja terbukti belum lama meminpin berbagai prestasi diraih.

Dalam waktu bersamaan Blitar juga mendapat anugerah Widya Karya Nugraha dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Piala Adipura dari pemerintah pusat.Menariknya, berbagai prestasi itu datang dari hal kecil.

Mengenai prestasi itu, samanhudi menuturkan, “Tidak ada yang terlintas sedikit pun mengenai prestasi.Yang ada adalah bagaimana saya bisa memegang amanat yang dipersembahkan masyarakat dengan sebaikbaiknya. Berkali-kali saya sampaikan kepada siapa pun dan di mana pun bahwa kemenangan yang saya peroleh merupakan kemenangan masyarakat. Semua penghargaan,sanjungan, dan pujian terkait pencapaian tertinggi bagi saya bukanlah tujuan. Kalau memang sekarang ini diapresiasi dan dianggap sebagai prestasi, itu semua adalah bonus semata. Tentu wajar,jika kita menanam yang baik-baik,maka akan tumbuh dan berbuah yang baik-baik pula,”

Konsep kepemimpinan yang dikembangkan Kepala daerah dari PDIP INI adalah Sejahtera, kemakmuran, dan keadilan bagi masyarakat Itu. Sebab menurutnya ketiga anasir itu merupakan kata kunci yang wajib dipegang erat oleh seorang pemimpin.

“Bagaimana masyarakat saya hidupnya bisa lebih makmur dan lebih sejahtera.Begitu juga dengan semua hak hidupnya, baik sosial maupun hukum, bisa lebih terjamin.Ini yang selalu saya renungkan dan bagaimana mengaplikasikannya dalam sebuah program-program pemberdayaan,” jelas M. Samanhudi.

Untuk menjabarkan konsep kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan lanjut Walikota Blitar, bisa dilakukan Dari sisi kesehatan dan kedisiplinan.’Saya memulai dari PNS. Kenapa? Karena mereka (PNS) ditakdirkan sebagai pelayan masyarakat.Sejak terpilih sebagai wali kota,saya misalnya telah mewajibkan seluruh pegawai untuk berolahraga rutin.Saya sendiri juga terlibat langsung di dalamnya,” paparnya sambil menambahkan  “Dari dulu saya berkeyakinan bahwa kesehatan bertalian erat dengan kebodohan dan kemalasan. Siapa yang sakit-sakitan lebih mudah terserang rasa malas.Karena untuk melakukan apa-apa tentu tidak akan mampu.Rasa sakit akan membuat gerak menjadi lunglai tidak berdaya. Dan jika dibiarkan tentu akan menjadikan bodoh dan tertinggal. Faktor itu (kebodohan) memudahkan kita tergelincir pada jurang kemelaratan.Kalau kepala daerahnya malas, daerah akan tertinggal.”

Dari sisi anggaran yaitu APBD benar-benar menerapkan untuk rakyat. “Untuk jumlah terbesar,saya menyalurkannya untuk program pemberdayaan atau nonfisik. Misalnya pemberian seragam batik gratis untuk seluruh siswa (SD–SMA dan yang sederajat) di Kota Blitar, penggratisan biaya KTP dan KK, bantuan operasional untuk tempat ibadah rutin per bulan,peningkatan disiplin pegawai serta pengalokasian dana Rp1 miliar untuk setiap kelurahan yang pada tahun 2011 ini masih teralokasi Rp700 juta,” bebernya.

“Soal pendidikan gratis,mungkin satusatunya yang efektif ya di Kota Blitar. Tidak ada dan dilarang keras sekolah memungut sepeser pun kepada siswa. Sebab saya telah mengeluarkan instruksi itu.Bahkan untuk buku dan LKS,kami juga memberikannya secara cuma-cuma,” tandasnya lagi soal pendidikan gratis.

Sebagai seorang pemimpin diterangkan Walikota Blitar ini, harus mampu melakukan pengabdian. “Saya curahkan apa yang menjadi kemampuan saya untuk masyarakat yang saya pimpin.Saya ini ibarat emban (cincin) yang selalu menjaga batu berlian agar selalu terlihat bagus. Batu berlian itu adalah masyarakat.Bagi saya pengabdian itu sama halnya dengan ibadah. Melayani dan memberikan yang terbaik.Dan yang ada (dalam ibadah) hanya keikhlasan dan kepuasan.”

Dalam memimpin M Samanhudi merasa diilhami Pancasila. “Saya sangat mengagumi Pancasila.Sebab Pancasila merupakan fondasi bangsa ini.Saya selalu berusaha mengejawantahkan dalam kehidupan masyarakat. Jangan heran jika setiap pegawai, terutama yang berusia 45 tahun ke bawah,wajib hafal Pancasila.Begitu juga dengan masyarakat yang menginginkan kartu penduduk (KTP).Syaratnya harus hafal Pancasila.Kalau tidak hafal,kami meminta petugas kelurahan untuk menundanya (KTP) sampai yang bersangkutan benar-benar hafal. Saya memulai sesuatu dengan yang kecil-kecil.Karena dalam memimpin saya tidak pernah memulai dari yang muluk-muluk.”

Untuk membuat konsep yang diyakininya berhasil dikatakan Samanhudi diperlukan  dukungan Sistem dan sumber daya manusia (SDM) yang ada di pemerintahan ini.Karena pemerintah merupakan pelayan,maka sistem yang berjalan harusnya bottom up, yakni menerima aspirasi dari bawah,mengolahnya,dan melemparkannya lagi ke bawah. “Saya melihat sistem yang berjalan sebelumnya tidak sepenuhnya mendukung proses pengabdian masyarakat.Semua berjalan sendiri sendiri,” tuturnya. (Jat. Mediacenter Kota Blitar)

Drs. H. DIANI BUDIARTO, M.SI WALIKOTA BOGOR PROFIL PENGABDIAN TANPA HENTI

Bogor, 1/11 (KNIB) 2. Walikota Bogor, Diani Budiarto memiliki catatan karir birokrasi yang panjang di Pemerintah Kota Bogor. Boleh dibilang, Diani merupakan sedikit contoh pejabat yang mampu membangun karir dari bawah. Ia mengawali karir di Pemerintah Kota Bogor sebagai staf kepegawaian pada tahun 1979. Selang tiga tahun atau tepatnya pada 1981, ia menempati posisi sebagai MPP Kecamatan Bogor Tengah. Dua tahun kemudian, Diani mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Institut Ilmu Pemerintahan.

Setelah menamatkan pendidikan di IIP, Diani dipercaya untuk menempati posisi sebagai Kapermat Tanah Sareal. Tak lama, karir birokrasinya semakin mengkilap. Dalam usia 32 tahun, Diani dipercaya untuk menduduki jabatan sebagai Camat di Bogor Timur. Selepas menjadi Kepala UPTD GOR, kemudian ia dipercaya untuk menjadi Kepala Dinas Kebersihan pada tahun 1991. Jabatan ini dipegangnya hingga tahun 1995. Pada tahun 1995, Diani mendapatkan penugasan baru sebagai Kepala Dinas Pariwisata. Empat tahun kemudian, ia memperoleh promosi. Suami dari Dra Hj. Fauziah, MM ini mendapat kepercayaan untuk duduk sebagai Asisten Administrasi Pembangunan. Pada tahun 2000, Diani bergeser posisi menjadiAsisten Tata Praja. Kemudian Asisten Pemerintahan pada tahun 2002. Jabatan ini merupakan jabatan terakhirnya di birokrasi sebelum terpilih sebagai Walikota Bogor pada tahun 2004. Selama perjalanan menjadi Walikota Bogor sejak tahun 2004 sampai sekarang, Diani telah menorehkan citra yang baik di masyarakat. Bahkan kemudian, masyarakat mencitrakan Diani sebagai pemimpin yang religius. Citra itu terbentuk setelah Diani secara konsisten menyambangi masyarakat di berbagai pelosok Kota Bogor melalui kegiatan Subuh Keliling. Ia bersama rombongan menerobos gelap dan dinginnya pagi untuk menyapa masyarakat sekaligus menampung aspirasi mereka. Diani dikenal sebagai sosok yang mudah akrab dengan masyarakat. Terkadang ia mengabaikan aturan protokoler yang umum berlaku untuk mendekatkan diri dengan masyarakat Kota Bogor. Hal itu antara lain terlihat pada saat pelaksanaan Halal Bi Halal di Plasa Balaikota Bogor, setiap tahunnya. Ia yang kemudian mengajak unsur Muspida Kota Bogor untuk berkeliling menyalami semua peserta halal bi halal. Sebuah pemandangan yang tidak lumrah, tetapi mampu meneguhkan citra Diani sebagai pemimpin yang dekat dengan masyarakat. Secara konsep kepemimpinan, Diani dikenal sebagai Walikota yang mampu memilah dengan bijak dan cermat persoalan-persoalan yang dihadapi Kota Bogor. Sejak awal masa kepemimpinannya, Diani telah menempatkan empat masalah prioritas yang dihadapi Kota Bogor. Penanganan transportasi, pedagang kaki lima, kebersihan dan kemiskinan adalah empat masalah tersebut. Pemilahan masalah-masalah prioritas sebuah kota jarang sekali dilakukan walikota atau bupati di daerah lain. Maka, tak heran di penghujung ahun 2007 lalu, Kota Bogor masuk nominasi kota peraih MDG’s Award yang tak bisa dilepaskan dari konsep pemikiran Diani tentang empat masalah prioritas Kota. Walikota Peduli LingkunganCitra yang juga melekat pada sosok Diani adalah sosok yang peduli lingkungan. Tak terhitung berapa kebijakan yang lahir pada masa kepemimpian Diani untuk menunjukkan keberpihakannya terhadap kelestarian lingkungan. Keterlibatan aktif dan peran serta Kota Bogor sebagai anggota ICLEY(perhimpunan kota-kota dunia yang peduli terhadap lingkungan hidup) sejak 2005, perubahan moda transportasi di Kota Bogor yang diarahkan pada moda transportasi massal, pembuatan lebih kurang 1400 sumur resapan biopori, penanaman pohon-pohon dan dan penanggulangan lahan kritis, pengolahan minyak jelantah menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, mengeluarkan larangan merokok di lingkungan Pemerintah Kota Bogor, dan melakukan pembatasan iklan-iklan rokok di ruang-ruang publik Kota Bogor, merupakan beberapa langkah kebijakan yang dimaksud. Khusus usaha yang telah dilakukan dalam upaya penanggulangan masalah rokok di Kota Bogor, Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah pula memberikan apresiasi pada tahun 2006 atas kiprah Diani, Pemerintah Kota Bogor menerima tanda penghargaan Manggala Karya Bhakti Husada Arutalaatas keberhasilannya dalam menanggulangi masalah merokok. Selain itu, atas kiprahnya dalam menangani bernagai masalah lingkungan hidup, Diani beberapa kali mendapat kehormatan untuk tampil dalam forum dunia. Pada tanggal 15-19 Februari 2007, ia tampil dalam forum Kyoto Conference On Climate Change. Kemudian pada tanggal 5-13 Mei 2007, ia beada di tengah pertemua kota-kota yang tergabung dalam ICLEY di New York, USA. Terakhir, ia menjadi pembicara pada salah satu forum kajian di UNFCCC yang dihelat di Nusa Dua, Bali. -PROFIL BIODATA – Nama Lengkap : Drs. H. Diani Budiarto, M.Si Tempat/Tgl. Lahir : Bandung, 14 Januari 1955 Status : Kawin Agama : Islam Jabatan : Walikota Bogor Alamat Rumah : Jl. Raya Pajajaran No. 42 Bogor Kelurahan Babakan Kecamatan Bogor Tengah Telepon & Faximile : (0251) 324000 Alamat Kantor : Jl. Ir. Juanda No. 10 Bogor Telepon & Faximile : (0251) 321000 Hobby / Kegemaran : Olah Raga dan Menyanyi II. RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SDN I Jatibarang : Tahun 1967 di Jatibarang 2. SMPN Jatibarang : Tahun 1970 di Jatibarang 3. SMAN I Jatibarang : Tahun 1973 di Cirebon 4. APDN : Tahun 1979 di Bandung 5. Institut Ilmu Pemerintahan : Tahun 1985 di Jakarta 6. Pasca Sarjana FISIP UI, Jurusan Kebijakan Publik : Tahun 2005 di Depok III. RIWAYAT PEKERJAAN 1. Staf Bagian Kepegawaian : Tahun 1979 2. MPP Kecamatan Bogor Tengah : Tahun 1981 3. Tugas Belajar ke IIP : Tahun 1983 4. Kapermat Tanah Sareal : Tahun 1985 5. Camat Bogor Timur : Tahun 1987 6. Kepala UPD GOR : Tahun 1989 7. Kepala Dinas Kebersihan : Tahun 1991 8. Kepala Dinas Kebersihan & Pertamanan : Tahun 1993 9. Kepala Dinas Pariwisata : Tahun 1995 10. Assisten Tata Praja : Tahun 2000 11. Assisten Adm. Pembangunan : Tahun 1999 12. Assisten Pemerintahan & Kesos : Tahun 2001 13. Assisten Pemerintahan : Tahun 2002 14. Walikota Bogor : 7 April 2004 s/d sekarang IV. PENDIDIKAN DAN LATIHAN KEDINASAN 1. Diklat Kader Menwa : Tahun 1978 di Bandung 2. Diklat Suskalak “B” Hansip : Tahun 1986 di Bandung 3. SUSPIMPEMDAGRI : Tahun 1989 di Bandung 4. SPAMA : Tahun 1994 di Bandung 5. SPAMEN : Tahun 2002 di Jakarta 6. LEMHANAS : Tahun 2006 di Jakarta V. PENGALAMAN DAN KUNJUNGAN KE LUAR NEGERI 1. Australia : Training & Studi Comparative, New Zeland : Training & Studi Comparative, USA Amerika : Training & Studi Comparative Mexico : Training & Studi Comparative 2. Singapura : Studi Banding, Malaysia : Studi Banding 3. Cina : Studi Banding Tgl. 31 Agustus s/d 8 September 2004 4. Belanda : Studi Banding Tgl. 31 Agusutus s/d 8 September 2004 5. USA : Kerjasama dengan St. Louis Tgl. 9 s/d 18 September 2005 6. Cina – Zhenzhen : Kerjasama dengan Zhenzhen Tgl. 19 s/d 22 September 2005 7. Jerman : Lemhanas, Juni 2006 8. Kyoto – Jepang : Kyoto Conference on Climate Change Tgl. 15 – 19 Februari 2007 9. New York USA : (Pertemuan New York – ICLEI) Tanggal 5 – 13 Mei 2007 10. Malaka – Malaysia : (Konferensi Dunia Melayu Dunia Islam) Tgl. 14 – 16 November 2007 VII. KETERANGAN KELUARGA 1. Nama Istri : Dra. Hj. Fauziah 2. Tempat/Tgl. Lahir : Kupang, 17 Januari 1955 3. Nama Putera – Puteri : – Abdurasyid (Kupang, 09-03-1979) – Indra Rosyida (Bogor, 05-12-1980) – Dany Prasetya (Bogor, 09-05-1980) – Moh. Alfirosyad (Bogor, 14-05-1986) – Deni Ardiansyah (Bogor, 06-12-1981) – Dony Mucharam (Bogor, 03-11-1983) – Pusdika D. Arief (Bogor, 09-03-1989) – Yusuf Ghifari (Bogor, 24-02-1996)

Prof. Dr. Haryono Suyono, MA

*) Keterangan foto : Prof. Dr. Haryono Suyono, MA Ketua Yayasan damandiri dan penggerak Posdaya. 1.

Tokoh berlatar belakang pendidikan statistik dan ahli komunikasi masa, sosiolog dan demografi ini, mengangkat BKKBN menjadi pusat data kependudukan Indonesia. Bahkan pendataannya tentang keluarga pra sejahtera (miskin) masih diandalkan sampai saat ini.

Prof haryono sukses menggalang Keluarga Berencana  di Indonesia dengan semboyan cukup sederhana “ Dua Anak Cukup”. Bahkan, sosok yang saat ini menjabat Ketua Yayassan Damandiri ini, mengembangkan dan menggerakkan visi bersama cita-cita keluarga Indonesia, yakni membudayakan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS).

Visi ini menempatkan keluarga Indonesia sebagai agen atau pelaku pembangunan dalam delapan fungsi utama yakni fungsi keagamaan, budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi dan fungsi pemeliharaan lingkungan.

Haryono memiliki keyakinan, jika setiap keluarga yang hanya punya anak rata-rata dua dengan sendirinya keluarga itu akan memiliki kemampuan lebih besar untuk memberdayakan anak-anaknya dan akan mampu secara aktif memainkan peran sebagai pelaku pembangunan.

Pilihan Tokoh penggerak Posdaya di Indonesia ini untuk berkiprah di BKKBN sangat pas dan itu bisa dibuktikan dibawah kepemimpinan Haryono BKKBN secara profesional bisa mengantar manusia agar mampu melakukan proses perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat modern dan profesional.

Karirnya yang menanjak di BKKBN, selanjutnya Prof. haryono menduduki jabatan Menkokesra dan Taskin periode 1998-1999.

Saat ini meskipun sudah sepuh demi bangsa dan Negara ini Prof. Dr. Haryono Suyono  masih bersemangat membantu pemerintah daerah se-Indonesia untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan lewat gerakan pos pemberdayaan atau Posdaya. Posdaya adalah gerakan pemberdayaan masyarakat untuk keluar dari permasalahan kependudukan seperti kemiskinan, kesehatan, pendidikan dan lingkungan. (Dn)

Tinggalkan komentar

  • Wisata Pangandaran

  • Wisata Tawangmangu

    TAWANGMANGU
  • Wisata Tegal

  • Slamaran Indah Pekalongan